Antara Seni dan Kemampuan, Nalitari Ajak Disabilitas Berkarya
Nalitari merupakan komunitas yang memiliki fokus ‘tari inklusi’. Mulai dari Disabilitas hingga non-Disabilitas dapat bergabung dengan Nalitari.
KamiBijak.com, Hiburan – Nalitari merupakan komunitas tari dengan fokus ‘tari inklusi’ yang berbasis di Yogyakarta dan berdiri pada 2013. Penggagasnya Tiara Brahmani, Putri Raharjo, Nurul Jamilah, dan Yoana Kristiawati.
Nalitari banyak melakukan pertunjukan di daerah Indonesia, khususnya Yogyakarta. Pada 2020, komunitas ini juga pernah berkolaborasi dengan Dancesequences Inc. dari Amerika Serikat secara daring.
Nalitari berkembang dari pola pikir ‘lintas batas’ dan membangun lingkungan sosial yang bebas dari diskriminasi juga keterasingan sosial.
Yoana Kristiawati, Co-Founder dan Program manager dari Nalitari mengungkapkan, melalui ‘lintas batas’ Nalitari mencoba untuk melebarkan batasnya hingga ke level komunitas hingga lebih besarnya lagi.
“Jadi, kita dalam melihat sesuatu mencoba melompati batasan-batasan yang dalam tanda kutip sudah menempel dalam diri masing-masing,” ujarnya saat diwawancarai KamiBijak pada Sabtu, (15/4/2023).
Nalitari tidak hanya berfokus pada teman-teman Disabilitas saja, tetapi menumbuhkan kolaborasi antar teman non-disabilitas juga. Nurul Jamilah, sebagai koreografer dari Nalitari sendiri mengungkapkan, koreografi yang dibuat tidak berpusat pada teman Disabilitas.
Hal ini sejalan dengan nilai-nilai yang ada dalam Nalitari, seperti kebersamaan dan kreativitas. Komunitas mendorong kebebasan berekspresi dan bekerja sama untuk toleransi.
“Saya pikir keindahan inklusi, keindahan perbedaan sudah ada di Nalitari dan sudah bisa dilihat dalam Nalitari sendiri,” ungkapnya.
Melalui medium tari, Nalitari memberikan kebebasan kepada siapapun untuk mengekspresikan diri. Terutama, Disabilitas yang ingin unjuk gigi di depan khalayak.
“Teman disabilitas pun memiliki keinginan dan ekspresi yang sama dengan kita. Misalnya, kita ingin dihargai saat ingin melakukan sesuatu. Kita ingin mengekspresikan diri melalui tarian, semua orang berhak untuk itu,” ujar Yoana.
Selaras dengan visi komunitas, Yoana mengungkapkan, Nalitari berusaha menciptakan ruang aman untuk beragam orang termasuk Disabilitas.
Kolaborasi antara Disabilitas dan non-Disabilitas
Sebagai koreografer, Nurul menyampaikan tema-tema yang diangkat melalui gerakan-gerakan yang dimiliki. “Misalnya tema kayu, terdapat filosofi kayu. Kayu tidak bisa memilih untuk tinggal dan hidup, filosofinya kita sebagai orang tidak bisa memilih lahir dan tinggal di mana.”
Secara umum, Nurul tidak membuat gerakan terkhusus untuk ‘siapa’. Ia mengakomodir semua teman-teman Nalitari, seperti Teman Tuli, Daksa, Down Syndrome, dan non-Disabilitas.
“Kalau untuk teman Daksa lebih ke bagaimana penyesuaiannya, dia bisa bergerak semaksimal apa. Contohnya, ada gerakan melompat, teman Daksa tidak bisa, ya tidak apa-apa. Dia hanya bisa angkat tangan, ya tidak masalah,” ujarnya.
Gerakan-gerakan yang ditunjukkan dalam Nalitari seakan mengisi dan berkolaborasi satu sama lain hingga membuat satu kesatuan.
“Bagi Disabilitas yang belum percaya diri, belum bisa menemukan teman atau lingkungan yang nyaman untuk bergabung, teman-teman membuka diri dan mencari komunitas yang memberikan mereka mengekspresikan diri,” katanya.
Bagi Disabilitas yang ingin bergabung dan mengekspresikan diri, bisa melihat Instagram @nalitari baik daring maupun luring tanpa dipungut biaya. (MG/Galuh)
Sumber: Wawancara KamiBijak
Follow kami juga di sini: