Cerita Teman Tuli Asal Indonesia di Norwegia Selama Pandemi Corona
Selama pandemi COVID-19 ada banyak peraturan yang dilakukan pemerintah negara dalam upaya memutus rantai penyebaran virus Corona
Kamibijak.com, Bincang Isyarat. Wabah virus corona yang telah ditetapkan sebagai pandemi global oleh WHO telah menyebar hampir ke seluruh negara di dunia. Virus SARS-CoV-2 sebagai penyebab penyakit COVID-19 mulai menyebar dari Wuhan, China, sejak Desember 2019.
Berbagai upaya telah dilakukan negara-negara dalam memutus rantai penyebaran virus corona. Ada yang memberlakukan Practice Social Distancing atau PSBB seperti di Indonesia, ada juga yang memberlakukan lockdown sehingga masyarakat diharapkan untuk tetap tinggal di rumah sementara waktu.
Bagaimana dengan kisah teman tuli asal Indonesia yang tinggal di luar negeri? Tim Kamibijak.com telah mencari teman tuli tinggal di Eropa dan sedang di tengah pandemic Covid 19 beberapa minggu lalu. Hingga akhirnya tim berhasil menghubungi Teman Tuli masih berstatus warga Indonesia yang tinggal di Trondheim, Norwegia selama bertahun - tahun.
Namanya adalah Osktosia Harentyo atau dipanggil Osi. Beliau sudah berkeluarga dan sudah tinggal di Norwegia selama 11 tahun bersama dengan suami bule dan ketiga anaknya. Bagaimana kisahnya tinggal di Norwegia saat pandemi Covid-19? Berikut ulasannya.
Menurutnya, dia merasa biasa saja dan tidak ada kepanikan yang berlebih dengan wabah ini di Norwegia. Selama pandemi, Ibu 3 anak ini selalu menemani anak-anaknya mengerjakan tugas dari sekolahnya.
“Ya, anak-anak sudah tahu bukan libur, jadi mereka seperti biasa bangun pagi, buka komputer, cari tugas. Ada pelajaran dan waktu videocall dengan guru. Suasana seperti di kelas, anak tidak main-main sampai yang sesuai di jadwal sekolah. Biasanya selesai jam 1, baru main game.” ucap Osi kepada tim kamibijak.com melalui video call.
Saat bersama keluarga di rumah, Osi masih bisa berdekatan dengan anggota keluarganya. Namun saat di luar rumah, diharuskan untuk berjaga jarak dengan orang lain.
“Dengan keluarga, masih memeluk seperti biasa. Mencium. Tidak jaga jarak, tapi kalau di luar, ya harus jaga jarak,” pungkasnya.
Namun bagaimana dengan keadaan di sana saat Pandemi COVID-19? Demi memutus rantai penyebaran virus corona, Pemerintah Norwegia telah memberlakukan lockdown dan menutup berbagai sektor bisnis serta usaha sejak 12 Maret 2020. Namun tidak semua sektor bisnis ditutup. Toko kebutuhan bahan pokok dan obat-obatan tetap buka untuk menunjang kebutuhan saat pandemi.
“Tanggal 12 Maret tutup semua. Sekolah, gym, bioskop, fasilitas umum. Kecuali toko, rumah sakit, bus buka,” ucap Osi kepada tim kamibijak.com melalui video call.
Osi mengatakan selama pandemi COVID-19, masyarakat diharuskan untuk tinggal di rumah dan tidak boleh mengadakan acara yang melibatkan banyak orang.
“Peraturannya cukup tinggal di rumah saja, tidak boleh bertemu dengan banyak orang, tidak boleh merayakan pesta, tidak boleh merayakan pernikahan, pokoknya tidak boleh ramai-ramai dan pergi keluar, ucapnya.
Pemerintah Norwegia ternyata sangat peduli terhadap masyarakatnya dengan rutin datang dan memberikan informasi terkait kesehatan selama pandemi COVID-19 sehingga akses informasi masyarakat di sana sangat baik.
“Kalau orang-orang yang tidak sakit, sama, akan dapat uang dari pemerintah seperti gaji. Yang disabilitas, tetap datang dan diberitahu hal Kesehatan, yang lagi sakit, tidak bisa datang bisa dihubungi lewat video call,” pungkasnya.
Selain itu, Pemerintah di sana juga sangat peduli dengan keberadaan masyarakat yang membutuhkan bantuan dari pemerintah seperti penyandang disabilitas, orang sakit, orang yang tidak punya pekerjaan. Mereka diberikan dana bantuan dari pemerintah sehingga kebutuhan hidup orang yang membutuhkan di sana dijamin oleh pemerintah.
“Ya, Disabilitas dapat akses bantuan berupa gaji seperti biasa. Umumnya di sini (Norwegia), warga disabilitas dapat tunjangan hidup dari pemerintah. Pula sama dengan warga yang tidak punya pekerjaan dan sedang sakit.” Katanya.
Selama di Norwegia, Osi selalu dituntut untuk mengikuti budaya masyarakat Norwegia dan bahasa isyarat mereka. Namun, karena jarang bertemu dan berkomunikasi dengan masyarakat sesama tuli di sana membuat kemampuan dirinya menggunakan bahasa isyarat Norwegia semakin menurun.
“Dulu saya bisa, lama-kelamaan turun, lupa. Karena saya jarang bertemu teman Tuli, jarang berkomunikasi dengan mereka. Saya bertahan komunikasi menggunakan Bahasa Inggris di sini, maka Bahasa isyaratnya lupa”, ucapnya.
Osi berharap kepada teman-teman tuli di Indonesia untuk selalu mengikuti arahan dari pemerintah Indonesia sampai pandemi COVID-19 berakhir, teman-teman juga bisa melakukan berbagai hobi supaya tidak suntuk dan bosan saat di rumah.
“Saya berharap kalian mengikuti pemerintah, harus tetap di rumah, harus berhati-hati, jaga kesehatan. Kalau kamu merasa sedikit sakit, jangan keluar, harus tetap di rumah. Kamu bisa melakukan hobi supaya mengurangi bosan, oke. Dadah!” tutupnya.
Sumber:
Tim Liputan Kamibijak.com
----
Jangan lupa subscribe, tinggal komentar dan share.
KamiBijakID Channel: http://bit.ly/KamiBijakIDChannel
Follow kami juga di sini:
Website:http://bit.ly/KamiBijakcom
Instagram: http://bit.ly/KamiBijakIDInstagram
Facebook: http://bit.ly/KamiBijakIDFacebook
Terima kasih sudah menonton, Like, Follow dan subscribe Anda sangat berarti bagi kami untuk menambah semangat membuat konten yang lebih bermanfaat.