Esports Sisterhood Dobrak Stigma Perempuan di Dunia Esports
Esports sisterhood mendukung isu kesetaraan gender dalam dunia esports.
KamiBijak.com, Hiburan – Kesetaraan gender yang akhir-akhir ini menjadi pembahasan berdampak dalam berbagai bidang, termasuk dunia esports. Kampanye Esports Sisterhood mencoba mematahkan stigma bahwa kemampuan perempuan lebih rendah daripada kemampuan pria. Pada kenyataannya, perempuan punya kesempatan dan kemampuan yang setara dengan pria dalam esports.
IESF 14th World Esports Championships 2022 tidak hanya memperlihatkan keseruan pertandingan dari para pro player, tetapi juga menghadirkan sesi Sunset Talk with Esports Sister di Water Stage, Hotel Merusaka, Nusa Dua, Bali (03/12/2022).
Pada talkshow ini menghadirkan para perempuan inspiratif yang bergerak di bidang esports, influencer, dan streamer. Mereka turut membagikan pengalaman selama bergerak di dunia esports.
“Kita di sini menekankan pentingnya equity daripada equality. Kita butuh equity karena supaya itu menjadi satu. Kalau equality, kan, perempuan menginginkan haknya sama dengan laki-laki,” terang IESF Board of Equity, Diana Sutrisno.
Menurutnya, setiap orang baik pria maupun perempuan memiliki suatu talenta yang sekiranya harus dikembangkan.
“Saya hidup di lingkungan yang banyak prianya juga, jadi stigma-stigma itu masih muncul. Ketika kita lahir, kita tidak hanya lahir, tetapi juga ada talenta di sana. Ini yang kiranya harus kita kembangkan,” lanjutnya.
Diana yang juga memiliki klub esports mengatakan, kriteria terpenting jika perempuan ingin masuk dalam dunia esports adalah passion dan keinginan untuk sukses di bidangnya.
“Jadi tidak semata-mata ingin jadi influencer, brand ambassador, atau terkenal saja. Kalau itu, menurut saya, enggak bisa,” sambungnya.
Ia menambahkan, perempuan juga memiliki tujuan yang sama, satu panggung bersama, dan ingin sama-sama saling dihargai. Oleh karena itu, Equity Commission pun hadir sebagai wadah untuk menampung para talenta esports perempuan.
“Kami mencoba mengerti, kami mencoba mendengar apa yang kami butuhkan sebagai perempuan di industri ini. Seperti misalnya kita tidak mau kata-kata toxic dan lain sebagainya,” kata Diana.
Tidak hanya Diana, turut hadir pula Founder of What’s The Meta Today (media esports asal Malaysia), Mariah. Ia mengatakan, diskriminasi terhadap perempuan di dunia esports masih marak terjadi.
“Diskriminasi masih ada dan ini yang menjadi blocker buat kita. Ini berbahaya untuk jangka panjangnya. Kami melakukan apa yang ingin kami lakukan, jadi kita hanya butuh pengertian saja sebenarnya. Itu penting,” kata Mariah.
Hal ini rasakan secara nyata oleh streamer dan pro player asal Indonesia, Sherlintsu. Saat sedang melakukan streaming, ia kerap mendapatkan perlakuan yang kurang baik lewat perkataan dari penonton.
“Waktu saya main DOTA 2 dan saya mati, saya dikata-katain ‘idiot’ dan kata-kata menyakitkan lainnya. Tapi saya tidak peduli dengan hal itu karena menganggap itu semua hanya kata-kata,” cerita Sherlintsu.
“Dan kalau main game, stigma perempuan itu dianggap cuma sebagai beban saja. Kita dibilang cuma numpang lah atau apa. Giliran kita menang, dianggap hoki. Padahal memang kitanya saja yang jago,” lanjutnya.
Ke depannya, Esports Sisterhood akan terus memberikan terobosan baru dan memberikan kesempatan kepada para perempuan untuk berprestasi di dunia esports.
“Banyak program yang akan kami buat ke depannya, salah satunya fighting for diffable. Kami juga butuh lebih banyak opini yang membangun,” tutupnya. (MG/Nadia)
Sumber: Merahputih.com
Follow kami juga di sini: