Peringatan Hari Braille Dunia: Meningkatkan Akses Literasi untuk Semua
Dorong literasi inklusif di Hari Braille Dunia untuk akses setara bagi penyandang disabilitas.
KamiBijak.com, Infosiana - Hari Braille Dunia yang diperingati setiap tanggal 4 Januari adalah momen penting untuk meningkatkan kesadaran tentang hak akses informasi, khususnya bagi penyandang disabilitas. Menurut data WHO, sekitar 39 juta orang di dunia adalah tunanetra, dan di Indonesia sendiri terdapat sekitar 4 juta penyandang tunanetra yang masih menghadapi keterbatasan akses literasi. Perayaan ini tidak hanya menjadi pengingat, tetapi juga momentum untuk memperjuangkan literasi inklusif di tengah masyarakat Indonesia. Pemerintah melalui Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkumham) aktif mendorong berbagai inisiatif agar literasi inklusif dapat terwujud.
Upaya Pemerintah Mewujudkan Literasi Setara
Kebijakan Inklusif Melalui PP 27/2019
Komitmen pemerintah dalam menyediakan akses literasi inklusif terlihat dari penerapan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 27 Tahun 2019. Contohnya, DJKI telah bekerja sama dengan Yayasan Mitra Netra untuk memproduksi lebih dari 3.000 buku braille dan audio, yang kini dapat diakses oleh komunitas tunanetra di seluruh Indonesia melalui perpustakaan daring. Aturan ini memungkinkan penyandang disabilitas untuk mengakses, menggandakan, dan mendistribusikan karya cipta dalam format yang dapat diakses, seperti huruf braille dan buku audio. Direktur Hak Cipta dan Desain Industri DJKI Kemenkumham, Agung Damarsasongko, menegaskan bahwa regulasi ini memberikan keleluasaan bagi lembaga pendidikan, perpustakaan, dan komunitas untuk memproduksi buku-buku aksesibel tanpa harus meminta izin dari pemegang hak cipta.
PP 27/2019 juga menjadi solusi atas kendala hukum yang sebelumnya menghambat produksi dan distribusi buku aksesibel. Kini, lembaga seperti Yayasan Mitra Netra aktif memanfaatkan kebijakan ini untuk memperluas koleksi buku braille dan audio bagi penyandang tunanetra di Indonesia.
Teknologi sebagai Solusi Aksesibilitas
Pemanfaatan teknologi modern menjadi salah satu fokus utama dalam mendukung akses literasi bagi penyandang disabilitas. Teknologi seperti perangkat pembaca layar, aplikasi Text-to-Speech (TTS), dan mesin cetak braille telah memberikan dampak signifikan dalam mempermudah akses informasi bagi penyandang tunanetra. Inovasi perangkat seperti aplikasi pembaca layar dan konversi digital ke huruf braille telah memperluas peluang literasi bagi teman netra. Agung menambahkan bahwa teknologi berperan sebagai "jembatan" yang membuka pintu akses informasi yang lebih luas.
Selain itu, pemerintah dan komunitas terus mengupayakan pengembangan teknologi yang lebih terjangkau dan efisien agar dapat menjangkau masyarakat disabilitas di seluruh pelosok Indonesia.
Tantangan dan Kesadaran Publik
Meskipun berbagai kebijakan dan inovasi telah diterapkan, tantangan masih tetap ada. Beberapa tantangan utama meliputi keterbatasan anggaran untuk produksi buku aksesibel, kurangnya kesadaran masyarakat luas tentang literasi inklusif, serta kendala teknis dalam distribusi buku-buku braille dan audio ke daerah terpencil. Selain itu, masih terdapat kesenjangan infrastruktur yang menghambat aksesibilitas di berbagai wilayah. Kepala Bagian Yayasan Mitra Netra, Aria Indrawati, mengungkapkan bahwa kesadaran masyarakat terhadap akses literasi bagi penyandang disabilitas masih rendah. Hingga kini, perpustakaan daring Yayasan Mitra Netra baru memiliki 2.568 pengguna aktif, meskipun jumlah tunanetra di Indonesia mencapai sekitar 4 juta orang.
Aria juga menyoroti pentingnya peran masyarakat dalam mendukung literasi inklusif. "Kolaborasi antara pemerintah, komunitas, dan masyarakat sangat diperlukan agar akses literasi dapat dirasakan oleh seluruh penyandang disabilitas," ujar Aria.
Kesimpulan
Hari Braille Dunia menjadi momen refleksi bagi semua pihak untuk terus memperjuangkan akses literasi yang setara. Langkah konkret yang dapat diambil termasuk mendonasikan buku braille, berpartisipasi dalam pelatihan literasi inklusif, atau mendukung lembaga yang menyediakan layanan literasi bagi penyandang disabilitas. Dengan dukungan kebijakan, teknologi, dan kesadaran masyarakat, kesenjangan literasi di Indonesia dapat ditekan. Peran aktif setiap individu menjadi kunci keberhasilan dalam menciptakan masyarakat yang inklusif dan setara.
Mari bersama-sama mendukung literasi inklusif dengan memberikan informasi ini dan terlibat aktif dalam program-program literasi untuk penyandang disabilitas. (Restu)
Sumber: idntimes.com
Saksikan video lebih lanjut di YouTube