Kadek Radita Puspa: Perempuan Disabilitas yang Terus Berkarya di Tengah Keterbatasan
Kadek Radita Puspa menginspirasi dengan karya kerajinan tangan dan tulisan meski menghadapi tantangan disabilitas.
KamiBijak.com, Infosiana - Bali, Kadek Radita Puspa adalah sosok inspiratif yang menunjukkan bahwa keterbatasan fisik tidak menjadi penghalang untuk menciptakan karya seni dan literasi yang memukau. Dengan semangat pantang menyerah, ia telah berhasil menghadapi berbagai tantangan dalam hidupnya dan menjadi contoh nyata bagi pemberdayaan kaum disabilitas di Indonesia.
Napas Perjuangan Kadek Radita Puspa
Kadek Radita Puspa adalah bukti nyata bahwa keterbatasan fisik tidak menjadi penghalang untuk berkarya, melainkan menjadi inspirasi dalam memperjuangkan kesetaraan dan pemberdayaan bagi kaum disabilitas. Di tengah tantangan kesehatan yang berat, seperti sindrom marfan, skoliosis, dan tuli sedang, perempuan asal Denpasar, Bali ini terus menghasilkan karya seni yang memukau.
Sejak tahun 2017, Ita, panggilan akrabnya, menekuni seni kerajinan tangan dari koran bekas. Lewat pelatihan di balai banjar, ia mulai menciptakan karya seperti bokor, dulang, hingga kotak pensil artistik. Setiap detail dalam karya Ita menunjukkan ketelitian dan kreativitas yang luar biasa. Sebagai contoh, ia mampu menciptakan kotak pensil berbentuk karakter kartun seperti Croppy dan Hello Kitty dengan detil halus pada elemen-elemen seperti mata dan mulut, yang memerlukan ketelitian tingkat tinggi. Salah satu karya uniknya adalah kotak pensil berbentuk karakter kartun seperti Croppy dan Hello Kitty.
Berkarya di Tengah Keterbatasan
Tantangan Sehari-hari
Ita kerap menghadapi kelelahan ekstrem akibat kondisi kesehatannya. Dalam situasi sulit, ia menggunakan nebulizer untuk membantu pernapasannya. Namun, semangat Ita untuk berkarya tidak pernah surut. "Kadang tiba-tiba capek. Kalau capek dan sesak, Ita pakai nebulizer untuk alat pernapasan biar stabil," ungkapnya saat ditemui di kediamannya.
Proses Kreatif
Untuk menghasilkan satu karya, Ita memulai dari kerangka hingga penempelan detail kecil seperti mata dan mulut pada karakter. Dalam proses ini, ia sering dibantu oleh ibunya, Putu Sukareni. Hasil kerajinannya dijual melalui pameran, e-commerce, dan media sosial dengan nama "Ita Karya."
Namun, perjalanan Ita tidak selalu mulus. Ia harus menghadapi berbagai tantangan, termasuk perundungan di media sosial dan rasa lelah yang sering kali menghambat proses kreatifnya. Meski demikian, dengan tekad kuat dan dukungan ibunya, Ita terus melangkah maju, menjadikan setiap tantangan sebagai pelajaran hidup yang memperkuat dirinya. Di TikTok, ia sempat menjadi korban perundungan, tetapi ia memilih untuk tidak menyerah. "Sekarang Ita sudah enggak jawab-jawab comment buruk kayak gitu lagi," tegasnya.
Kendala Ekonomi
Meski semangat berkarya tinggi, hasil yang diperoleh Ita dari penjualan kerajinan tangan sering kali terbatas. Dalam enam bulan, ia hanya meraup Rp 75 ribu hingga Rp 250 ribu. "Kebetulan selalu ada peminatnya," ujar Ita dengan optimisme.
Kreativitas di Dunia Sastra
Selain membuat kerajinan, Ita juga aktif menulis. Salah satu cerpen dari buku Lihat dengan Rasa berjudul 'Hati di Balik Senja' menceritakan perjuangan seorang difabel yang mencari makna hidup, menunjukkan kekuatan narasi dan empati dalam setiap kata-katanya. Ia telah menerbitkan buku kumpulan cerpen berjudul Lihat dengan Rasa. Dengan genre yang beragam, dari horor hingga kisah keluarga, Ita menuangkan pengalamannya ke dalam cerita fiksi.
Hobi menulis Ita dipupuk saat malam-malam sunyinya akibat insomnia. Aktivitas ini tidak hanya memberinya cara untuk mengekspresikan diri, tetapi juga menambah kebanggaan dirinya sebagai seorang kreator.
Dukungan Keluarga dan Harapan Masa Depan
Ibunda Ita, Putu Sukareni, mengakui bahwa meski menghadapi berbagai keterbatasan, putrinya memiliki semangat yang luar biasa. "Kemauannya tinggi, lucu, dan kreatif. Tantangan paling besar kalau dia sakit," kata Sukareni.
Kisah Ita selaras dengan kampanye #SetaraBerkarya yang diusung Kementerian Sosial. Kampanye ini bertujuan untuk mendorong kesetaraan dan pemberdayaan bagi kaum difabel.
Kesimpulan
Kadek Radita Puspa adalah inspirasi nyata bahwa keterbatasan bukan alasan untuk berhenti berkarya. Lewat kerajinan tangan, tulisan, dan semangat yang tak pernah padam, ia menunjukkan bahwa difabel pun dapat berkontribusi secara signifikan. Mari dukung kreator seperti Ita dengan membeli karya mereka melalui e-commerce yang ia kelola, atau mengikuti akun media sosialnya seperti TikTok dan Facebook. Dengan cara ini, kita dapat menyebarkan cerita inspiratif ini agar lebih banyak orang terinspirasi dan memberikan dukungan nyata untuk Ita. (Restu)
Sumber: detik.com