Kasih Tati Leliana untuk Ciptakan Rasa Mandiri kepada Kaum Disabilitas
Ketulusan Tati Leliana dalam menjalankan kursus demi membantu kaum disabilitas.
Kamibijak.com, Hiburan – Tati Leliana yang kerap disapa Leli Purba, merupakan guru Sekolah Luar Biasa (SLB) yang sudah mengajar sejak tahun 1984 hingga saat ini, memiliki rasa kasih yang tinggi kepada kaum disabilitas.
Awalnya, Leli Purba yang saat ini menjadi guru SLBN 6 Jakarta tidak sengaja untuk menjadi seorang guru. Namun setelah mengajar, ia merasakan kesenangan. Salah satu kesenangannya, yakni, pada saat anak-anak tersebut datang ke sekolah yang belum memiliki ilmu bahasa, tetapi ketika sudah bersekolah mereka bisa mengerti bahasa dan perintah.
Guru SLB yang sebelumnya pernah mengajar di Santi Rama dan Pangudi Luhur ini, memiliki impian untuk membuat distro disabilitas untuk membantu teman-teman disabilitas agar mandiri.
“Jadi angan-angan saya setelah pensiun saya ingin membuka usaha. Terlebih lagi kalau ada yang menyuntikkan dana karena selama ini karya anak-anak disabilitas belum ada yang menampung. Mereka membuat di rumah tetapi tidak tahu ingin memasarkan ke mana. Jadi mari sama-sama mencari donatur membuka distro seperti cafe Sunyi atau Kopi Tuli,” ujar Leli ketika diwawancarai KamiBijak, pada Jum’at (10/28/2022).
Ia begitu ingin membuat distro disabilitas untuk memperlihatkan bahwa mereka (disabilitas) mampu untuk berkarya. Pasalnya, karya mereka jika terus diasah dan dibina tentu akan memberikan kualitas yang bagus seperti anak umumnya.
Selain itu juga, ia menekankan bahwa orang-orang melihat atau membeli karya disabilitas bukan karena kasihan, tetapi memang mutu atau kualitas yang mereka (disabilitas) punya.
Leli mengikuti kursus secara mandiri dengan menggunakan dana pribadi, untuk menciptakan ciri khasnya sebagai guru. Ia mengikuti trend yang saat ini sedang ada dan terus mencari ilmu agar tidak tertinggal. Dirinya sebagai guru kriya kain, ingin membuat kain eco print, ponding, dan stream dalam menyuguhkan karya atau produk di distro disabilitas tersebut.
Rencanaya, ia ingin menampung semua karya anak-anak disabilitas agar bisa bersosialisasi dan menciptakan karya-karya yang luar biasa.
Beralih dari itu, Leli seorang guru SLB ternyata tidak mendukung Bahasa Isyarat. Menurutnya, Bahasa Isyarat tidak bisa dipakai untuk bermasyarakat. Maksudnya, tidak semua orang akan nyambung dengan menggunakan Bahasa Isyarat. Biasanya, ketika beliau mengajar, ia menggunakan bahasa lisan. Namun, penggunaan Bahasa Isyarat tentu bisa digunakan jika memang diperlukan.
Terakhir, ia juga memberikan motivasi kepada teman-teman disabilitas untuk terus mencari ilmu agar bisa memajukan diri mereka sendiri.
“Jadi kepada teman-teman disabilitas sebaiknya kalian mengikuti suatu kelompok, seperti Gerkatin (Gerakan Kesejahteraan Tunarungu Indonesia). Di situ kita bisa berbagi ilmu, mendapat informasi misalnya ada lowongan kerja di mana atau ikut pelatihan di mana atau pameran di mana. Jadi tetap semangat mencari ilmu, informasi untuk kemajuan kalian anak-anak disabilitas.” tutupnya. (MG/Alissa)
Sumber : wawancara KamiBijak 28 Oktober 2022
Follow kami juga di sini: