BijakFun

Kesetaraan dalam Mengekspresikan Seni Pertunjukan Inklusif

Bawayang, merupakan komunitas seni inklusif di Yogyakarta yang menaungi Teman Tuli untuk berkarya.

4,850  views

KamiBijak.com, Hiburan – Bawayang (@bawayangproduction), salah satu komunitas inklusif  di Yogyakarta, yang mewadahi kreatifitas Teman Tuli melalui berbagai pertunjukan seni. Broto Wijayanto, seniman lulusan ISI Yogyakarta yang mendampingi Teman Tuli di Bawayang mengekspresikan diri melalui seni.

Berawal dari berdirinya Deaf Art Community (DAC)  pada 2004, yang memiliki fokus pada pengembangan seni Teman Tuli. Saat ini DAC dibubarkan dan berdiri banyaknya komunitas-komunitas lainnya. 

Broto menjelaskan, selang beberapa tahun, Teman Tuli mendatanginya dan mengungkapkan ingin melakukan pertunjukan seni.

“Bawayang sama meneruskan perjuangan di Deaf Art Community dulu, yaitu fokus pada pengembangan dan kemampuan teman seni dulu. Jadi, kita fokusnya kepada apa yang mereka inginkan,” ujarnya saat diwawancarai KamiBijak pada Rabu, (3/5/2023).

Bawayang memberikan kebebasan dengan mewadahi dan menjembatani keinginan dari Teman Tuli. Ide dasar setiap pertunjukan, akan diserahkan kepada Teman Tuli di Bawayang.

Teman dengar, seperti Broto, Lieya, dan Dina yang merupakan anggota Bawayang, akan membantu proses latihan hingga pertunjukan berlangsung.

Tak terbatas untuk Teman Tuli, Bawayang terbuka bebas bagi siapapun yang ingin bergabung ke dalam komunitas inklusif tersebut. Saat ini, Bawayang memiliki sepuluh anggota yang aktif.

“Sekarang arahannya bukan perjuangan meraih kesetaraan, kita sudah setara sama dengan yang lain,” katanya. 

Ekspresikan seni melalui pertunjukan

Tahun lalu, Bawayang bekerja sama dengan ARTJOG untuk menampilkan beberapa karya dan pentas di panggung pertunjukan. Terdapat pertunjukan pantomim, melukis live, dan bekerja sama dengan Jogja Noise Bombing. 

Melalui diskusi bersama teman Bawayang juga, Broto mengungkapkan “Aku Ingin Menjadi Kupu-Kupu”, merupakan pertunjukan yang menjadi pijakan dan acuan bagi komunitas tersebut. 

Rizky Darmawi, Teman Tuli dan salah satu anggota Bawayang yang dulu pernah bergabung dengan DAC, menceritakan pengalamannya pertama kali tampil di panggung. 

“Sebelum pementasan dimulai, kita sering berlatih bersama dengan Teman Tuli, sekitar satu minggu.  Pasti merasa grogi, takut, khawatir,” ujarnya saat diwawancarai KamiBijak.

 

Rizky juga mengungkapkan, Teman Tuli yang ingin mengekspresikan diri melalui seni, perlu banyak latihan bersama dengan lainnya. Dengan pentas di atas panggung bersama dengan yang lainnya, Teman Tuli bisa lebih percaya diri dan tidak merasa malu. 

Di satu sisi, terdapat Robi, Teman Tuli dan anggota Bawayang, yang mengungkapkan hal senada dengan Rizky. Ia merasa grogi dan khawatir saat pertama kali melakukan pertunjukan. 

Robi menceritakan, sebelum mulai pertunjukan, terdapat latihan terlebih dahulu. Dalam sesi latihan tersebut, teman-teman yang akan pentas saling mengajari satu sama lain.

“Aku merasa senang meskipun aku Tuli bisa menunjukan hasil dari latihan bersama dengan teman-teman,” katanya. 

Bawayang, menjadi salah satu komunitas inklusif yang mampu menunjukan kolaborasi antara teman dengar dengan Teman Tuli, merupakan hal yang nyata. Bagi kalian yang berdomisili di Yogyakarta, dapat menghubungi Instagram Bawayang apabila ingin bergabung, ya! (MG/Galuh)

Sumber: Wawancara KamiBijak

 
Jangan lupa subscribe, tinggal komentar, dan share. 
KamiBijakID Channel: http://bit.ly/KamiBijakIDChannel
 
Follow kami juga di sini: 
 
 
Terima kasih sudah menonton, Like, Follow, dan subscribe Anda sangat berarti bagi kami untuk menambah semangat membuat konten yang lebih bermanfaat.