Khalifa University di Abu Dhabi Kembangkan Kacamata 3D, Bantu Mengoreksi Buta Warna
Kacamata 3D dikembangkan untuk membantu orang dengan buta warna dan memberi kenyamanan untuk pengguna.
KamiBijak.com, Hiburan – Khalifa University of Science and Technology Abu Dhabi telah mengembangkan metode baru untuk memproduksi kacamata 3D untuk membantu orang dengan Color Vision Deficiency (CVD) atau buta warna.
CVD adalah kelainan mata bawaan yang memanifestasikan dirinya dalam membatasi kemampuan kerucut retina untuk mentransmisikan seluruh spektrum warna. Dengan buta warna merah-hijau menjadi bentuk CVD yang paling umum sehingga cara paling umum untuk mengatasi kesulitan sehari-hari adalah dengan memakai kacamata berwarna.
Dilansir dari Glufnews, para peneliti di Univesitas Khalifa mengembangkan lensa kacamata 3D menggunakan resin transparan yang dicampur dengan dua pewarna penyaringan panjang gelombang untuk memberikan efek pewarnaan.
Untuk menyesuaikan lensa agar mirip dengan produk yang tersedia secara komersial, tim menggunakan 2 pewarna, satu untuk memblokir panjang gelombang yang tidak diinginkan untuk pasien merah-hijau, sementara lainnya untuk menyaring panjang gelombang yang tidak diinginkan untuk pasien kuning-biru.
Tim Khalifa University juga telah mengembangkan bingkai untuk lensa dengan menggunakan pencetakan 3D agar mengoptimalkan bingkai demi kenyamanan dan kegunaan.
“Ketika kami membandingkan kinerja optik kacamata kami dengan kacamata komersial untuk buta warna, hasil kami menunjukkan bahwa kacamata cetak 3D kami lebih selektif dalam menyaring panjang gelombang yang tidak diinginkan daripada opsi yang tersedia secara komersial. Mereka memiliki potensi besar dalam mengobati buta warna, dan kemudahan pembuatan dan penyesuaiannya berarti mereka dapat disesuaikan untuk setiap pasien,” ujar Dr Haider Butt, profesor Teknik Mesin di Khalifa University, dilansir dari Glufnews pada (3/19/2022).
Kacamata 3D ini juga menjalani beberapa tes untuk mengatasi masalah toksisitas, daya tahan, dan umur panjang. Tes ini dilakukan dengan menyimpan gelas dalam air selama lebih dari seminggu untuk menganalisis apakah ada pewarna yang bocor dan membiarkannya di tepat terbuka sekitar seminggu. Melalui tes, kacamata tersebut menunjukkan kekuatan tarik dan fleksibilitas dengan membuktikan stabilitas dan sifat tahan lama.
Penelitian ini didanai oleh organisasi dari Abu Dhabi, termasuk pengembangan real estate Aldar Properties dan Sandooq Al Watan, sebuah inisiatif sosial.
Hasil penelitian ini juga memberikan kesempatan bagi orang dengan buta warna untuk mengurangi ketidakmampuan mereka membedakan antara nuansa warna tertentu yang dapat membatasi mereka untuk bekerja di bidang pengenalan warna.
Berikut ini 3 jenis tes buta warna yang sering digunakan yaitu tes warna Ishihara. Tes ini adalah tes buta warna yang paling terkenal untuk mengetahui kondisi buta warna. Tes ini menggambarkan lingkaran padat dari titik-titik berwarna yang muncul secara acak dalam warna dan ukuran. Dalam pola tedapat bentuk angka untuk ditebak.
Kedua, tes warna Cambridge. Cambridge Color Test menyediakan cara cepat untuk menyaring subjek untuk defisiensi penglihatan warna, tetapi juga dapat digunakan untuk memeriksa lebih detail perubahan dalam diskriminasi warna.
Ketiga, tes Anomaloskop atau Anomaloscope Nagel adalah alat yang digunakan untuk menguji buta warna dan anomali warna. Hal ini digunakan untuk mengukur anomali kuantitatif dan kualitatif dalam persepsi warna. (MG/Nadia)
Sumber: Liputan6.com
Follow kami juga di sini: