Kisah Andrew Sihombing, Teman Tuli yang Jadi Juru Bahasa Isyarat Stasiun Televisi Swasta

Andrew Sihombing yang merupakan penyandang tunarungu bisa menjadi seorang JBI dengan baik. Bagaimana kisahnya?

5,425  views

Kamibijak.com, Bincang Isyarat – Juru Bahasa Isyarat atau JBI berperan penting di media massa, khususnya televisi. Keberadaan JBI berperan untuk pemenuhan hak kepada penyandang disabilitas tuli supaya bisa mendapatkan akses informasi yang baik. 

Menjadi seorang JBI harus memahami informasi yang disampaikan dan mengerti tentang penggunaan bahasa isyarat yang benar. Biasanya seorang JBI
berasal dari teman dengar dan dapat berkomunikasi menggunakan bahasa isyarat yang baik.

Namun kali ini berbeda, ada salah satu teman tuli yang justru berprofesi sebagai Juru Bahasa Isyarat di salah satu stasiun televisi swasta. Dia adalah Andrew Sihombing asal Tangerang Selatan. 

Andrew menjadi seorang JBI karena terinspirasi dari salah satu orang tuli asal Indonesia yang dapat menempuh pendidikan tinggi di Hongkong meskipun berkomunikasi menggunakan bahasa isyarat.

"Ada inspirasinya. Dia seorang JBI juga, orang Indonesia. Sebelumnya, dia kuliah di luar negeri, Hong Kong. Dia berbahasa isyarat secara penuh. Saya lihat dia bisa menerjemahkan, wah keren! Sebenarnya dia itu Tuli, bukan Dengar. Jadi, saya belajar darinya, Tuli itu bisa jadi JBI,” ucapnya melalui live streaming youtube kamibijak.com.

"Tuli itu bisa setara dengan Orang Dengar. Asal bisa membaca dengan mengerti. Maka, saya mau jadi JBI Tuli seperti dia, coba ikut tes dan segala prosesnya hingga sekarang saya sudah berprofesi JBI. Terima kasih pada dia yang telah memberi banyak ilmu. Mengajari saya bagaimana cara, dan segala macamnya," tambahnya.

Sebagai seorang JBI Tuli, Andrew sering merasa kesulitan dalam menjalankan tugasnya. Salah satunya adalah mengalami kesulitan saat memahami bahasa yang terlalu kompleks. Namun, Dia mampu mengatasi kesulitan yang dirasakannya dengan memahami konsep isyarat melalui kamus Bahasa Indonesia atau melalui Google.

"Ada dua macam. Pertama, ini saya bisa paham dan kedua ini sulit paham, sebab ada Bahasa (kosakata) baru terus. Contoh kata yang disingkat. Seperti contoh sekarang, COVID-19. Saya tidak mengerti apa itu, baru muncul. Saya berisyarat dengan mengejanya dulu. Kalau sulit (tidak tahu isyaratnya apa), sebaiknya mengisyaratkan ejaannya. Setelah membaca, mencari tahu artinya apa, di kamus BI atau google. Barulah ketemu konsep isyaratnya bagaimana. Ya itulah yang sulit,” jelasnya.

Selama menjadi JBI di berbagai kota, ada tantangan besar yang dihadapinya seperti adanya istilah asing yang baru didengar dan menerjemahkan presentasi dari orang luar negeri dengan bahasa berbeda dan dalam tempo yang cepat.

“Ada tantangannya. Pertama, JBI TV. Banyak istilah baru. Kedua, di tempat lain seperti seminar, JBI internasional. Orang dari luarnegeri datang membawa presentasi, saya merasa tertantang menerjemahkannya sebab itu cepat. Dari Bisindo ke isyarat internasional dan sebaliknya. Waduh itu tantangan berat,” pungkasnya.

Pengalamannya menjadi seorang JBI sangat berkesan, banyak kenangan dan duka yang dirasakannya, namun hal tersebut menjadi sebuah pembelajaran bagi dirinya untuk tetap bisa bekerja secara profesional dan mengalahkan kekurangan dalam dirinya.

“Ada banyak rasanya. Tahun lalu, 2017, saya mulai bertugas JBI, takut banget. Karena baru pertama kalinya. Takut salah, takut reaksi temen Tuli bilang saya jelek atau kurang profesional. Saya berusaha tidak bersikap negatif, tapi positif, memperbaiki kesalahan. Lalu, sedihnya itu banyak yang mengkritik saya.
Bingung salah saya di mana, kurang apa. Saya berusaha minta penjelasan mereka tentang kesalahan saya supaya bisa memperbaiki dengan benar. Tapi masih ada yang merusak, saya berusaha untuk kuat,” ucapnya.

Meskipun ada pengalaman yang menantang dan suka duka yang dialaminya selama menjadi JBI, ternyata menjadi JBI ada hal seru dan menarik yang bisa dirasakannya salah satunya adalah bisa menerjemahkan pembicaraan orang penting seperti Presiden secara langsung.

“Ada hal seru. Saat seminar, ada teman bantu info dan saya bisa ambil untuk menerjemahkan. Kalau JBI TV, saat bekerja di studio, saya bisa tahu beberapa acara LIVE dan bisa ikut bertugas menerjemahkan kalau pembicaranya Presiden atau orang penting lainnya,” ucapnya.

Memang pengalaman menjadi JBI tuli memiliki banyak hal yang menantang untuk bisa mengalahkan kelemahan dirinya sendiri, namun bagi kalian yang memiliki niat untuk menjadi seorang JBI, Andrew Sihombing memberikan beberapa tips supaya bisa menjadi JBI Tuli yang sukses bekerja dan mengalahkan kelemahan dirinya sendiri, salah satunya adalah banyak membaca dan belajar menerjemahkan.

“Syaratnya belajar Bahasa isyarat, bertemu dengan banyak teman Tuli dan mengobrol mereka dengan Bahasa isyarat. Kedua, banyak membaca. Bahasa Indonesia harus bagus. Harus belajar cara menerjemahkan dari teks Bahasa Indonesia ke Bahasa isyarat dan sebaliknya. Biasanya tidak berurutan kata per kata, pungkasnya.

Sumber:
Tim Liputan Kamibijak.com

----

Jangan lupa subscribe, tinggal komentar dan share.
KamiBijakID Channel: http://bit.ly/KamiBijakIDChannel

Follow kami juga di sini:
Website:http://bit.ly/KamiBijakcom
Instagram: http://bit.ly/KamiBijakIDInstagram
Facebook: http://bit.ly/KamiBijakIDFacebook

Terima kasih sudah menonton, Like, Follow dan subscribe Anda sangat berarti bagi kami untuk menambah semangat membuat konten yang lebih bermanfaat.