BijakFun

Kisah Inspiratif Barista Disabilitas di Kafe Jakal Sleman dengan Tekad dan Semangat

Kisah inspiratif Eko Sugeng, barista disabilitas di Sleman, menunjukkan keterbatasan fisik tak menghalangi berkarya.

901  views

KamiBijak.com, Hiburan - Di tengah persaingan ketat industri kopi, Eko Sugeng, seorang barista disabilitas di Kafe Jakal Sleman, telah menunjukkan bahwa keterbatasan fisik bukanlah penghalang untuk berprestasi dan berkontribusi di masyarakat.

 

Membangkitkan Semangat: Kisah Eko Sugeng, Barista Disabilitas di Kafe Jakal Sleman

Eko Sugeng sedang meracik kopi di Cupable Coffee, Sleman, Rabu (6/11/2024). Foto: Jauh Hari Wawan S/detikJogja.

 

Menjadi penyandang disabilitas tak berarti kehilangan kesempatan bekerja atau berkarya. Di Sleman, ada kisah inspiratif dari Eko Sugeng, seorang barista disabilitas di Cupable Coffee yang terletak di Pusat Rehabilitasi YAKKUM, Jalan Kaliurang KM 13. Dengan semangat dan tekad, Eko telah membuktikan bahwa keterbatasan fisik bukanlah penghalang untuk meraih prestasi di dunia kopi.

Setiap pagi, Eko berangkat dari rumahnya di Kalasan menuju Cupable Coffee. Nama Eko terkenal sebagai barista tanpa dua lengan bawah yang utuh, yang menggunakan kedua sikunya untuk mengapit peralatan saat menyajikan kopi. Kedua lengan bawahnya harus diamputasi belasan tahun lalu akibat kecelakaan listrik. Namun, hal ini tak membuatnya patah semangat untuk berkarya.

Mengatasi Tantangan dan Mencapai Mimpi

Pada hari Rabu (6/11/2024) pagi, Eko sudah tiba di tempat kerjanya yang ia cintai sejak tahun 2018. Setiap harinya, ia menaiki Trans Jogja dari rumahnya. Begitu tiba, Eko langsung mempersiapkan meja bar dan mesin espresso, mengatur toples-toples berisi biji kopi, baik robusta maupun arabika.

Meskipun tidak memiliki tangan yang utuh, Eko tetap terampil dalam menjalankan tugasnya sebagai barista. Ia dapat menyajikan berbagai jenis kopi, mulai dari manual brewing hingga espresso. Ia menggunakan kedua sikunya untuk mengapit peralatan dan mengolah kopi sesuai pesanan pelanggan. "Kalau di sini bisa buat semua untuk jenis-jenis kopi. Tapi saya lebih seringnya buat yang manual brewing," kata Eko.

Keahlian Eko dalam mengolah kopi tidak ia dapatkan dengan mudah. Ia memulai kariernya sebagai barista dengan keterbatasan fisik, tetapi hal tersebut tidak memadamkan semangatnya. Pada tahun 2018, Eko mendapatkan kesempatan mengikuti pelatihan barista inklusi di Pusat Rehabilitasi YAKKUM dan menjadi bagian dari angkatan pertama.

"Waktu itu sebuah tantangan bagi saya untuk menjadi barista karena butuh dua tangan yang komplet. Tapi di sini saya mencoba mengasah kemampuan melalui training barista inklusi, sehingga saya tahu kalau dengan keinginan kuat berlatih, akhirnya saya bisa juga menjadi barista," ungkap Eko.

Program Barista Inklusif: Memberikan Peluang bagi Penyandang Disabilitas

Program Barista Inklusif yang diadakan oleh Pusat Rehabilitasi YAKKUM bertujuan untuk memberdayakan penyandang disabilitas agar dapat mandiri secara finansial. Program ini tidak hanya melatih keterampilan teknis dalam membuat kopi, tetapi juga membantu para peserta untuk membangun kepercayaan diri mereka.

Maria Bernadette Rindiyastami, Project Manager Vocational Training Coach di Pusat Rehabilitasi YAKKUM, mengatakan bahwa program ini telah melahirkan banyak barista berbakat dari kalangan penyandang disabilitas. "Sudah sekitar 25 persen dari total peserta pelatihan yang membuka usaha sendiri, termasuk Mas Eko," ujar Rindi.

Dalam pelatihan ini, peserta diajarkan keterampilan meracik kopi, mulai dari roasting hingga penyajian. Mereka juga mendapatkan kesempatan magang di kafe-kafe lokal selama seminggu, termasuk di Cupable Coffee. Pelatihan ini dilakukan untuk memastikan peserta memiliki keterampilan dan pengalaman yang cukup sebelum terjun ke dunia kerja.

Tantangan dan Harapan Eko Sugeng

Selama perjalanan menjadi seorang barista, Eko harus menghadapi berbagai tantangan, terutama terkait keterbatasan fisiknya. Namun, berkat bantuan rekan-rekannya, Eko dapat mengatasi kesulitan tersebut. "Saya harus mengatasi hambatan yang saya hadapi, seperti megang teko yang panas. Tantangannya di situ dan saya bisa mencari solusi dengan bantuan teman-teman di sini," ucapnya.

Melihat ketekunan dan semangat Eko, banyak orang yang terinspirasi untuk tidak mudah menyerah dalam menghadapi keterbatasan. Eko berharap kisahnya dapat menjadi motivasi bagi penyandang disabilitas lainnya untuk tidak takut mengejar mimpi, meskipun jalan yang harus ditempuh tidaklah mudah.

"Untuk teman-teman disabilitas, mereka bisa bersaing dengan kemampuan dan skill. Mereka punya keunggulan, dan saya yakin dengan semangat yang kuat, semua bisa terwujud," kata Eko. (Restu)

Sumber: Detik.com