BijakFun

Kisah Inspiratif Disabilitas, Dari Pekerja Tekstil Hingga Jadi Juru Parkir

Kisah pak min, seorang disabilitas pekerja keras

1,839  views

KamiBijak.com, Hiburan – Pak Timin atau biasa dipanggil dengan sebutan Pak Min, Seorang Pria kelahiran 20 Mei 1961 yang berasal dari Madiun. Beliau adalah seorang Juru Parkir disabilitas yang berjaga di supermarket bernama Pelangi Swalayan Kota Tangerang, Pak Min memiliki keluarga kecil yang dikaruniai dua anak.

Pada tahun 1996 ketika Pak Min masih berumur 35 tahun, Pak Min yang sedang bekerja di pabrik tekstil, mengalami kecelakaan kerja. Hingga akhirnya membuat pergelangan di tangan kanannya terputus.

“Saya dari Madiun merantau kesini (Kota Tangerang) itu tahun 1990, tahun 1993 anak saya yang bontot lahir. Tahun 1996 terjadi ini, Allah mengasih rezeki. Saya kecelakaan kerja ketika saya di pabrik yang berada di Imam Bonjol”, Ujar Pak Min.

Ketika mengalami kecelakaan tersebut, Pak Min sempat mengalami ketakutan ditinggal istri, anak, dan pekerjaannya. 

Akan tetapi semua hal yang ditakutkan Pak Min tidak terjadi, istri Pak Min tetap setia, anak juga masih bisa terawat. Bahkan Pak Min pun tetap diperbolehkan untuk melanjutkan pekerjaan sampai pensiun walaupun pasca kecelakaan kerja Pak Min meminta cuti 6 bulan untuk menyembuhkan diri terlebih dahulu.

“Cuman gaji saya aja dibayarkan selama 6 bulan, dan 6 bulan saya cuti itu kebetulan waktu itu memang dokter dari rumah sakit menyarankan saya untuk beristirahat dulu, dan hanya gaji itu saja yang dibayarkan tidak ada kompensasi kecelakaan kerja”. tutur Pak Min

Hal yang mengejutkan adalah tidak ada kebijakan untuk memberikan kompensasi dengan terjadinya kecelakaan kerja yang dialami oleh Pak Min dari tempatnya bekerja, hanya saja sebagai gantinya Pak Min tetap digaji selama 6 bulan ketika mengambil cuti.

Disaat Pak Min mengambil cuti untuk menyembuhkan diri, Pak Min juga awalnya sangat tersinggung bila ada orang yang menyapanya dengan menyinggung kecelakaan kerja yang dialami, sampai dia merasakan tekanan mental, namun Pak Min melawan tekanan tersebut tanpa rasa gentar karena motivasinya yang besar bahwa sebagai seorang disabilitas pun Pak Min tetap mau bekerja keras.

Sehingga Pak Min bertekad untuk tetap semangat dan bekerja keras karena dia merasa harus bertanggung jawab untuk menghidupi keluarganya, ia harus mencari uang untuk pendidikan anaknya di masa depan hingga kebutuhan sehari-hari, begitulah yang dipikirkan Pak Min sebagai kepala keluarga.

Setelah bangkit, kemudian Pak Min merasa bahwa ia kembali bekerja dengan kondisi yang sudah berubah, pada awalnya Pak Min sempat mengalami kesulitan untuk menyesuaikan diri, kemudian setelah jalan beberapa waktu ia mengatakan sudah mulai terbiasa.

Tetapi belum sampai waktunya pensiun, pada tahun 2014 pabrik tempat Pak Min bekerja sudah harus tutup dan sudah tidak beroperasi kembali, sadar akan kebutuhan keluarga yang Pak Min tanggung, Pak Min beralih profesi menjadi Juru Parkir di Pelangi Swalayan yang dekat tempat tinggalnya.

Setelah menjadi Juru Parkir, Pak Min merasakan perubahan yang sangat besar kembali, mengenai pendapatan yang menurun sangat signifikan, Pak Min yang menjadi Juru Parkir berjaga dari jam 9 pagi sampai jam 9 malam mendapatkan penghasilan bersih sekitar 20 ribu sampai 60 ribu.

Penghasilan Pak Min sebagai Juru Parkir langsung diserahkan kepada istrinya untuk biaya kebutuhan sehari-hari, dan untuk biaya pendidikan anak-anaknya, Pak Min menggunakan tabungannya selama bekerja sebagai buruh pabrik dan digunakan dari anaknya sekolah hingga kuliah.

Walaupun memiliki tabungan, Pak Min sendiri tetap bekerja keras karena ia harus menuntaskan pendidikan anak perempuannya hingga lulus dari jurusan PGSD di Universitas Untirta.

Pada Saat ini, Pak Min tetap menjadi Juru Parkir karena ia tidak ingin diberikan bantuan cuma-cuma dari kedua anak yang sudah dibesarkannya, Pak Min merasa masih sanggup mencari nafkah sebagai Juru Parkir untuk makan sehari-hari bersama istrinya.

Pak Min berharap, kedua anaknya tidak perlu untuk repot-repot untuk memberinya bantuan, Pak Min hanya berharap bahwa anaknya menabung dan juga tetap bekerja keras dengan apapun kondisinya dan menegaskan untuk melawan rasa malas, karena baginya kondisi apapun tidak akan bisa menghalangi mimpi dan tujuan seorang manusia bila mereka mau untuk bekerja keras.

“Ya intinya, apapun keadaannya, apapun resikonya, seorang laki-laki itu punya harga diri dihadapan anak dan istri. Kita harus kerja dan bertanggung jawab semaksimal mungkin, intinya hanya itu yang ada di benak saya selama ini”, tutup Pak Min. (Rafly/MG)

Sumber: Wawancara oleh tim KamiBijak

 
Jangan lupa subscribe, tinggal komentar, dan share.
 
Follow kami juga di sini:
 

Terima kasih sudah menonton.

Like, Follow, dan subscribe Anda sangat berarti bagi kami untuk menambah semangat membuat konten yang lebih bermanfaat.