Masuk Sekolah saat Pandemi, Ini Kata Psikolog Soal Penerapan New Normal bagi Pelajar
Menurut WHO, pengukuran normal baru di tengah pandemik COVID-19 ada tiga. Pertama, adalah dengan tidak memperluas dan menambahkan penularan
Kamibijak.com, Infosiana – Rencana penerapan normal baru atau new normal kini gencar jadi perbincangan. Di sisi lain, psikolog memiliki pandangan berbeda terkait penerapan new normal bagi pelajar. Pemerintah diminta tak terburu-buru menerapkannya pada sektor pendidikan.
Seperti yang dikatakan Siti Mahmudah Indah Kurniawati, seorang psikolog sekaligus pendiri Biro Psikologi Inka Alzena. Menurutnya, pihak-pihak berwenang sebaiknya tidak menerapkan era normal baru untuk sistem pembelajaran sekolah dalam waktu dekat.
Tak bisa dipungkiri, banyak orang tua murid yang gelisah terhadap wacana new normal di sekolah. Siti pun banyak menerima masukan dari para orang tua murid baik melalui pesan whatsapp, DM Instagram, maupun melalui surat elektronik.
Orang tua pun memiliki kecemasan terhadap anak yang tergolong rentan terpapar Covid-19. Anak-anak belum tentu bisa mengikuti instruksi protokol kesehatan yang sudah ditetapkan demi menghindari penularan.
"Artinya, dalam dunia pendidikan tentunya memerlukan kajian-kajian yang mendalam terkait persiapan. Ini menyangkut hak hidup anak-anak usia sekolah maupun prasekolah", kata Siti yang juga Koordinator Divisi Pencegahan pada Pusat Pembelajaran Keluarga (Puspaga) Ruhui Rahayu di Kalimantan Timur ini.
Siti mengatakan, jika melihat pengertiannya, normal baru adalah sebuah skenario yang bertujuan sebagai upaya cepat untuk menangani Covid-19 pada aspek kesehatan dan sosial.
Pemerintah Indonesia telah mempertimbangan studi epidemiologis dan kesiapan regional dengan melakukan skenario normal baru sesuai rencana.
Menurut WHO, pengukuran normal baru di tengah pandemik COVID-19 ada tiga. Pertama, adalah dengan tidak memperluas dan menambahkan penularan atau memakimalkan pengurangan dalam penularan virus ini.
Kedua, melakukan sistem kesehatan yang sesuai dengan indikator, maksudnya adalah seberapa besar adaptasi dan kapasitas dalam sistem kesehatan yang bisa direspon untuk pelayanan COVID-19.
Ketiga, menggunakan surveilans, yaitu cara menguji kerumunan maupun seseorang. Apakah akan berpotensi mempunyai virus Covid-19, terutama untuk kembali melakukan aktivitas belajar mengajar di sekolah.
Selain itu, pertimbangan lainnya yaitu, penyebaran Covid-19 sudah menyerang anak-anak. Anak-anak tidak kebal dengan virus ini seperti yang dipaparkan oleh Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Dr, Aman Bhakti Pulungan, SpA(K), FAAP, FRCPI.
Aman Bhakti menjelaskan, bahwa hampir 3.400 anak menyandang status pasien dalam pengawasan (PDP). Kematian anak yang disebabkan PDP sebanyak 129 dari kasus positif Covid-19.
Siti juga mengatakan, bahwa ini memberitahukan kita angka kematian dan kesakitan pada anak sangatlah tinggi. Sehingga, tidak benar bahwa usia anak-anak kebal dari virus Covid-19 dan hanya akan menderita sakit ringan.
"Tentunya hal ini menjadi bahan pertimbangan yang mendasar jika akan membuka kembali pembelajaran di sekolah pada pertengahan Juli mendatang," tutur Siti.
Walaupun kondisi Covid-19, keharusan dalam perlindungan hak anak harus terpenuhi. Antara lain adanya hak untuk hidup, tumbuh dan berkembang, ikut berpartisipasi dalam memaksimalkan harkat dan martabat kemanusiaan,serta kesehatan sang anak.
“Dalam menghadapi pandemi Covid-19, orang tua atau orang dewasa harus memastikan anak-anak tetap terlindungi. Anak-anak rentang mengalami perlakuan salah, eksploitasi, bahkan kekeraan selama pandemi berlangsung," pungkas Siti.
Sumber: https://merahputih.com/post/read/rent...
#KabarBijak
#KamiBijakChannel
#GenggamDuniaTanpaSuara
Jangan lupa subscribe, tinggal komentar dan share.
KamiBijakID Channel: http://bit.ly/KamiBijakIDChannel
Follow kami juga di sini:
Website:http://bit.ly/KamiBijakcom
Instagram: http://bit.ly/KamiBijakIDInstagram
Facebook: http://bit.ly/KamiBijakIDFacebook
Terima kasih sudah menonton, Like, Follow dan subscribe Anda sangat berarti bagi kami untuk menambah semangat membuat konten yang lebih bermanfaat.