Mengungkap Stigma Infeksi Menular Seksual dalam Sisi Medis dan Psikologi
Webinar Sehatara dan Dokter Tanpa Stigma membahas mengenai infeksi menular seksual melalui narasumber profesional.
KamiBijak.com, Hiburan – Infeksi menular seksual (IMS) adalah infeksi yang menular melalui hubungan seksual, baik secara vagina, oral, atau melalui dubur. Penularan akan penyakit ini juga terjadi melalui transfusi darah atau berbagi pakai jarum suntik dengan penderita.
Berdasarkan webinar Sehatara X Dokter Tanpa Stigma pada (24/9/2022) yang bertajuk Sisi Medis dan Stigma Infeksi Menular Seksual menjelaskan gejala umum yang terjadi jika mengidap infeksi menular seksual. Namun, IMS tidak selalu menimbulkan gejala atau hanya menyebabkan gejala ringan.
- Yudhan Triyana selaku narasumber menjelaskan, gejala umum infeksi menular seksual adalah luka, benjolan, pembengkakan, dan gatal parah pada alat kelamin. Terjadi ruam kulit, sakit saat buang air kecil, ejakulasi yang menyakitkan, penurunan berat badan, tinja longgar atau berubah warna, keringat malam, menguningnya kulit (jaundice), keputihan yang berbeda dari biasanya, keluar cairan dari penis, dan pendarahan dari vagina di luar siklus menstruasi.
Fakta mengatakan, 1 juta IMS ditemukan setiap hari di seluruh dunia (sebagai besar tidak menunjukkan gejala). Infeksi menular seksual ini dapat disebabkan oleh infeksi bakteri, virus, jamur, atau parasit. Beberapa macam penyakit menular seksual adalah sifilis, gonore, human papillomavirus (HPV), HIV, klamidia, trikomoniasis, hepatitis B dan C, herpes simpleks (HSV), dan lainnya.
Dari beberapa penyakit tersebut, terdapat 4 yang dapat disembuhkan yaitu sifilis, gonore, klamidia, dan trikomoniasis. Hal ini tergantung pengobatan gejala, penyabab, stadium, durasi infeksi dan lokasi infeksi.
Kemudian, dr. Yudhan menjelaskan satu-satunya cara untuk mengetahui seseorang terinfeksi menular seksual adalah dengan pemeriksaan LAB.
“Semakin cepat diketahui, semakin cepat diobati, maka bisa mencegah komplikasi dan dapat mencegah penularan,” ujar dr. Yudhan.
- Yudhan juga menganjurkan seorang yang pernah melakukan hubungan seks tidak aman/berisiko, pasangan memiliki riwayat IMS, mengalami gejala IMS, pengguna narkoba suntik, dan memiliki pasangan seksual lebih dari 1 atau berganti-ganti pasangan wajib melakukan pemeriksaan LAB.
IMS juga dapat dicegah dengan melakukan tahap A,B,C,D,dan E artinya, abtinence (pantang), be faithfull (setia dengan pasangan), condom (gunakan kondom), drugs (jauhi narkoba), education (mencari dan memperoleh informasi tepat dan akurat tentang IMS dan kesehatan reproduksi).
Dalam sisi psikologi, Asep Amin selaku psikolog menjelaskan, pengaruh stigma IMS pada kondisi psikologis. Menurutnya, Kondisi psikologis pada individu dengan IMS perlu diperhatikan, karena setiap orang yang mengalami IMS akan memiliki kondisi psikologis dan dapat berpengaruh terhadap kondisi medisnya. Adanya stigma dimasyarakat mengenai IMS juga sangat berpengaruh dengan kondisi seorang pengidap IMS. Hal ini akan berisiko mengalami gangguan psikologis yang serius.
Asep menjelaskan, yang dapat dilakukan orang yang terinfeksi menular seksual dalam psikologis adalah mengoptimalkan pengobatan fisik, regulasi emosi dengan terapi menulis secara ekspresif, religiusitas dan spiritual, membangun penerimaan diri, dan mencari dukungan sosial/support. (MG/Nadia)
Sumber: Webinar (24/9/2022)
Follow kami juga di sini: