KabarBijak

Meningkatkan Kemandirian Disabilitas dengan Alat Bantu Adaptif di Pameran ADAPTIF #AssistiveTechTale

Pameran ADAPTIF #AssistiveTechTales menyoroti alat bantu adaptif dalam meningkatkan kemandirian penyandang disabilitas

KamiBijak.com, Infosiana - Aksesibilitas bagi penyandang disabilitas masih menjadi tantangan di banyak daerah. Menurut data Badan Berdasarkan data Badan Pusat Statistik 2024, jumlah penyandang disabilitas di Indonesia mencapai sekitar 22,97 juta orang. Namun, akses terhadap fasilitas publik dan layanan dasar masih menjadi tantangan besar bagi banyak dari mereka, menyoroti perlunya kebijakan yang lebih inklusif dan aksesibilitas yang lebih baik. Alat bantu adaptif menjadi solusi penting dalam membantu mereka menjalani kehidupan yang lebih mandiri. Pameran fotografi "ADAPTIF #AssistiveTechTales" di Denpasar hadir sebagai media advokasi untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dan pemerintah tentang pentingnya alat bantu yang disesuaikan dengan kebutuhan penggunanya.

Membangun Kesadaran Melalui Seni Visual

Stigma terhadap penyandang disabilitas masih banyak ditemukan di masyarakat. Padahal, dengan akses yang layak, mereka dapat berkontribusi secara signifikan. Penyediaan alat bantu adaptif menjadi langkah konkret untuk memungkinkan mereka beraktivitas dengan lebih leluasa.

Alat bantu adaptif seperti kursi roda yang disesuaikan dengan postur tubuh atau kaki dan tangan palsu ergonomis dapat mengubah kehidupan penyandang disabilitas secara drastis. Namun, akses terhadap alat bantu tersebut masih terbatas, baik karena harga yang mahal maupun kurangnya dukungan kebijakan dari pemerintah daerah. Sebagai contoh, di Yogyakarta, pemerintah daerah telah bekerja sama dengan berbagai organisasi untuk menyediakan kursi roda adaptif dan alat bantu lainnya secara gratis. Di Bali, upaya serupa masih bergantung pada inisiatif komunitas dengan skala yang terbatas.

Pameran ADAPTIF #AssistiveTechTales: Suara dari Lensa Disabilitas

Pameran "ADAPTIF #AssistiveTechTales" yang berlangsung pada 2-9 Februari 2025 di Annika Linden Centre, Denpasar, menghadirkan karya fotografi dari seniman disabilitas yang menyoroti kebutuhan akan alat bantu adaptif. Sebelum pameran, enam peserta mengikuti pelatihan Photo Story Workshop untuk mendokumentasikan pengalaman mereka dalam menghadapi keterbatasan aksesibilitas.

Salah satu peserta, Dinda Mahadewi, dalam karyanya menyoroti kesenjangan akses terhadap alat bantu adaptif yang seharusnya menjadi hak dasar penyandang disabilitas. Sementara itu, Komang Handayani, yang memiliki low vision, menampilkan foto dengan efek blur sebagai refleksi dari pengalamannya melihat dunia.

Upaya Penyediaan Alat Bantu Adaptif di Bali

Beberapa daerah seperti Yogyakarta telah berhasil menyediakan alat bantu adaptif bagi penyandang disabilitas melalui skema bantuan pemerintah dan kerja sama dengan organisasi sosial. Di Bali, Gugus Tugas Alat Bantu Adaptif Disabilitas terus mendorong agar regulasi yang mendukung penyediaan alat ini segera direalisasikan.

Namun, hingga kini, bantuan tersebut belum maksimal. Banyak penyandang disabilitas masih harus mengandalkan donasi atau membeli alat bantu dengan biaya sendiri, yang bisa mencapai puluhan juta rupiah. Melalui pameran ini, harapannya adalah pemerintah Bali semakin sadar dan segera mengalokasikan anggaran untuk kebutuhan tersebut.

Seni sebagai Sarana Advokasi Disabilitas

Salah satu seniman dalam pameran ini, I Wayan Damai, membagikan kisah inspiratifnya melalui fotografi. Dengan kursi roda adaptif, ia kini bisa bepergian dan bekerja secara mandiri, sesuatu yang mustahil baginya sebelum memiliki alat tersebut.

“Dulu saya harus merangkak untuk beraktivitas. Setelah mendapatkan kursi roda adaptif, hidup saya berubah total,” ungkap Damai.

Kisah ini menjadi bukti bahwa alat bantu adaptif bukan sekadar perangkat medis, tetapi merupakan kunci menuju kehidupan yang lebih setara bagi penyandang disabilitas.

Mendorong Perubahan Kebijakan dan Kesadaran Publik

Pameran "ADAPTIF #AssistiveTechTales" bukan sekadar ajang seni, tetapi juga bentuk advokasi untuk meningkatkan kesadaran publik. Diharapkan, dampak jangka panjang dari pameran ini adalah meningkatnya dukungan terhadap penyediaan alat bantu adaptif, baik dari masyarakat maupun pemerintah. Dengan lebih banyaknya eksposur terhadap tantangan yang dihadapi penyandang disabilitas, diharapkan terjadi perubahan kebijakan yang lebih inklusif dan berkelanjutan.

Dengan partisipasi berbagai pihak, semakin banyak masyarakat dan pemangku kebijakan yang memahami pentingnya alat bantu adaptif sebagai hak fundamental penyandang disabilitas. Masyarakat juga dapat berkontribusi dengan menghadiri acara serupa, berbagi informasi mengenai aksesibilitas, serta mendukung organisasi yang menyediakan alat bantu adaptif bagi penyandang disabilitas.

Kesimpulan

Penyediaan alat bantu adaptif bukan hanya tanggung jawab individu, tetapi harus menjadi perhatian bersama. Pemerintah daerah, organisasi non-profit, komunitas penyandang disabilitas, serta sektor swasta perlu bekerja sama dalam menciptakan solusi yang berkelanjutan, seperti subsidi alat bantu, pelatihan keterampilan, dan program inklusif yang lebih luas. Pameran ini menjadi langkah awal untuk mendorong perubahan kebijakan dan meningkatkan aksesibilitas bagi penyandang disabilitas. Dengan dukungan masyarakat dan pemerintah, Bali dapat menjadi wilayah yang lebih inklusif bagi semua warganya. (Restu)

Sumber: idntimes.com

Saksikan video lebih lanjut di YouTube