BijakFun

Menjadi Disabilitas di Korea Selatan, SADD Perjuangkan Aksesibilitas

Masih banyak fasilitas umum Korea Selatan yang tidak memiliki akses untuk disabilitas.

3,025  views

Kamibijak.com, Hiburan – Korea Selatan, negara yang terkenal dengan keglamoran industri hiburan, musik, film, destinasi wisata, hingga jajanan tradisionalnya ini memiliki banyak sekali penggemar di seluruh dunia. Namun, terdapat sisi yang jarang sekali dibahas oleh khalayak banyak yaitu, perjuangan disabilitas di Korea Selatan akan kesetaraan dan aksesibilitas.

Park Kyoung-seok, disabilitas dengan kursi roda yang disebabkan oleh kecelakaan hand gliding atau gantole pada tahun 1984, membuatnya lumpuh pada usia 24 tahun mengaku bahwa masih banyak tempat yang sulit untuk ia kunjungi di Seoul terkait dengan aksesibilitas.

"Saya tidak bisa pergi ke teater karena itu menggunakan tangga. Saya tidak bisa pergi ke toserba atau kafe baru yang baru dibuka karena alasan yang sama," kata Park Kyoung-seok seperti yang dikutip dari BBC, Jumat (27/1/2023) lalu.

"Bahkan ketika saya masuk ke suatu tempat, ada 'urusan' kamar mandi. Sering kali saya tidak bisa melakukannya." tambahnya.

Untuk berpergian, Kyoung-seok juga cukup kesusahan mengingat fasilitas angkutan umum di Korea Selatan tidak dirancang untuk disabilitas.

"Perjalanan normal bisa memakan waktu dua atau tiga kali lebih lama untuk orang disabilitas, dibandingkan dengan orang yang non-disabilitas," keluhnya.

Karena merasa kurang adanya aksesibilitas bagi disabilitas, Kyoung-seok memimpin kelompok Solidaritas Melawan Diskriminasi Disabilitas (SADD) untuk memperjuangkan hak kelompok disabilitas Korea Selatan, yang menginginkan kemudahan aksesibilitas. SADD sering melakukan aksi protes di platform kereta bahwa tanah. 

Salah satu peserta aksi tersebut adalah Jimin, perempuan muda berusia 17 tahun yang harus menggunakan kursi roda sejak sembuh dari kanker saat masih berusia empat tahun.

"Hidup kami selalu terjebak di rumah. Kami menyerah untuk pergi ke suatu tempat bahkan jika kami benar-benar ingin pergi. (Tapi) kami ingin menunjukkan kepada dunia bahwa kami ada," ucapnya.

Jimin membuat vlog, menulis dan mengunggah perihal kisahnya menjadi wanita muda disabilitas di media sosialnya.

"Di Korea Selatan menjadi perempuan itu sulit, menjadi cacat itu sulit, dan menjadi anak di bawah umur itu sulit," kata Jimin. 

"Baru-baru ini, saya menyadari bahwa saya adalah ketiganya. Apa itu membuatku menjadi kelas terendah di Korea?" lanjutnya.

Walau sempat merasa kesepian, Jimin kembali optimis untuk menyuarakan kegelisahannya akan kesetaraan. (MG/Disha)

Sumber: liputan6.com

 
Jangan lupa subscribe, komentar, dan share. 
KamiBijakID Channel: http://bit.ly/KamiBijakIDChannel
 
Follow kami juga di sini: 
 
Terima kasih sudah menonton, Like, Follow, dan subscribe Anda sangat berarti bagi kami untuk menambah semangat membuat konten yang lebih bermanfaat.