KabarBijak

Upaya Kolaboratif untuk Identifikasi Disabilitas di Baduy

Kolaborasi lintas sektor membantu penyandang disabilitas di Baduy dengan peran pemerintah, LSM, dan akademisi.

KamiBijak.com, Infosiana - Suku Baduy, yang terletak di Kabupaten Lebak, Banten, terkenal akan budaya adat yang kuat dan ketertutupannya terhadap pengaruh luar. Budaya ini seringkali mengutamakan pengobatan tradisional dan pemeliharaan nilai-nilai adat, yang dapat mempersulit pendeteksian penyandang disabilitas serta akses mereka ke pelayanan kesehatan modern. Dalam sebuah kunjungan, epidemiolog Dicky Budiman tidak menemukan keberadaan anak-anak penyandang disabilitas di Baduy Luar. Hal ini menimbulkan pertanyaan: apakah benar tidak ada, ataukah mereka belum teridentifikasi secara sistematis? Penelitian mendalam dan kolaborasi lintas sektor diperlukan untuk menjawabnya.

Pentingnya Pendekatan Sistematis untuk Deteksi Disabilitas

Dicky Budiman, seorang epidemiolog yang juga memiliki hubungan dekat dengan masyarakat Baduy, mencatat bahwa identifikasi penyandang disabilitas di Baduy membutuhkan pendekatan sistematis. Dengan populasi ribuan, deteksi manual sulit dilakukan tanpa keterlibatan pemerintah dan LSM. Faktor genetika, gizi selama kehamilan, dan tradisi pengobatan alami bisa menjadi alasan rendahnya laporan kasus disabilitas.

Kisah Sardin: Pemicu Perubahan di Baduy

Sardin, seorang anak Baduy Dalam, menjadi cerita inspiratif yang membuka jalan perubahan. Pada 2023, Sardin yang sempat lumpuh akibat saraf kejepit akhirnya mendapat pengobatan medis di RS Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta. Kesembuhannya memotivasi masyarakat Baduy untuk bergabung dalam Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Program ini penting bagi masyarakat adat seperti Baduy karena memberikan akses layanan kesehatan yang terjamin, terutama bagi mereka yang sebelumnya enggan menerima pengobatan medis modern. Namun, proses ini tidak lepas dari tantangan administrasi, seperti tidak adanya e-KTP pada sebagian besar warga Baduy.

Faktor Pendukung Kesembuhan Sardin:

  • Koordinasi antara pemerintah dan LSM.
  • Pendampingan langsung oleh pemerhati masyarakat Baduy, Rahmi Hidayati.
  • Dukungan penuh dari Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin.

Kolaborasi Lintas Sektor sebagai Solusi

Kisah Sardin menunjukkan pentingnya kolaborasi lintas sektor untuk mengatasi tantangan yang dihadapi masyarakat Baduy, karena keberhasilannya mendapatkan layanan kesehatan modern membuka peluang bagi warga lain untuk mengakses fasilitas serupa. Ini membuktikan bahwa pendekatan bersama dapat membawa perubahan signifikan, terutama dalam:

  • Pemetaan Disabilitas: Program sistematis untuk mendata warga dengan kebutuhan khusus.
  • Penyediaan Layanan Kesehatan: Melibatkan BPJS Kesehatan dengan solusi administrasi bagi warga tanpa identitas resmi.
  • Peningkatan Kesadaran: Edukasi masyarakat Baduy mengenai pentingnya layanan medis.

Rekomendasi Tindakan

Untuk memastikan penyandang disabilitas di Baduy mendapatkan perhatian yang layak, langkah berikut dapat dilakukan:

  1. Survei Komprehensif: Menggunakan metode partisipatif untuk mendata warga dengan keterbatasan.
  2. Pelibatan LSM dan Akademisi: Untuk membantu analisis dan solusi yang berkelanjutan.
  3. Kerja Sama Antar-Kementerian: Menyelesaikan kendala administrasi, seperti pembuatan e-KTP.

Kesimpulan

Mengidentifikasi dan mendukung penyandang disabilitas di masyarakat Baduy adalah tanggung jawab bersama. Kolaborasi antara pemerintah, LSM, dan tokoh masyarakat menjadi kunci untuk mewujudkan inklusivitas di komunitas adat ini. Contohnya, di daerah lain seperti Papua, kolaborasi serupa telah berhasil meningkatkan akses layanan kesehatan melalui program integrasi antara pemerintah lokal dan organisasi internasional. Jangan biarkan mereka yang membutuhkan tetap tak terlihat. Bergabunglah dalam upaya membantu mereka mendapatkan hak yang setara. (Restu)

Sumber: liputan6.com