BijakFun

Apa Perbedaan Difabel dan Disabilitas? Cari Tahu di Sini

Apa bedanya difabel dan disabilitas? Simak penjelasannya di sini.

KamiBijak.com, Hiburan - Hari Disabilitas Internasional adalah momentum penting untuk memahami lebih dalam tentang perbedaan antara istilah difabel dan disabilitas. Hari ini pertama kali diperingati pada tahun 1992, setelah dideklarasikan oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Tujuannya adalah untuk mempromosikan hak dan kesejahteraan penyandang disabilitas di semua aspek kehidupan serta meningkatkan kesadaran akan kondisi mereka di setiap sektor masyarakat.

Meski sering dianggap serupa, keduanya memiliki nuansa makna yang berbeda. Artikel ini akan membantu menjelaskan perbedaan tersebut secara rinci, dengan memberikan konteks yang lebih mendalam serta contoh-contoh nyata yang relevan dalam kehidupan sehari-hari.

Selain itu, penting bagi kita untuk memahami bahwa penggunaan istilah yang tepat dapat membantu menciptakan lingkungan yang lebih inklusif dan mendukung hak asasi manusia. Oleh karena itu, memahami perbedaan ini bukan hanya soal pengetahuan, tetapi juga langkah untuk membangun masyarakat yang lebih peduli.

Merayakan Kesetaraan di Hari Disabilitas Internasional

Hari Disabilitas Internasional yang diperingati setiap tanggal 3 Desember merupakan momen penting untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang hak dan kesetaraan penyandang disabilitas. Namun, istilah "disabilitas" dan "difabel" sering kali menimbulkan kebingungan. Meski digunakan secara bergantian, keduanya memiliki makna yang berbeda. Artikel ini akan mengupas perbedaan antara difabel dan disabilitas serta penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari.

Perbedaan Antara Difabel dan Disabilitas

1. Apa Itu Disabilitas?

Disabilitas adalah istilah yang berasal dari bahasa Inggris, yaitu "disability". Kata ini mengacu pada keterbatasan fisik, mental, atau sensorik seseorang yang menghambat aktivitas tertentu. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), disabilitas adalah hasil interaksi antara keterbatasan individu dengan hambatan lingkungan atau sosial.

Contoh disabilitas meliputi:

  • Disabilitas fisik: Gangguan gerak seperti lumpuh.
  • Disabilitas sensorik: Gangguan pendengaran atau penglihatan.
  • Disabilitas intelektual: Masalah dalam memproses informasi atau kemampuan belajar.
  • Disabilitas mental: Kondisi seperti depresi atau gangguan kecemasan.

Misalnya, seorang anak dengan cerebral palsy yang mengalami kekakuan otot dan tidak bisa berjalan termasuk penyandang disabilitas. Contoh lainnya adalah seseorang dengan gangguan pendengaran yang memerlukan alat bantu dengar untuk berkomunikasi, atau individu dengan autisme yang menghadapi tantangan dalam interaksi sosial. Alat bantu seperti kursi roda atau terapi fisik dapat membantu meningkatkan kualitas hidupnya.

2. Apa Itu Difabel?

Difabel adalah singkatan dari "different ability" atau kemampuan yang berbeda. Istilah ini menggambarkan keterbatasan seseorang dalam menjalankan peran tertentu akibat kondisi fisik atau mental. Fokus difabel adalah pada kemampuan yang dimiliki, bukan pada kekurangan. Difabel dianggap lebih ramah dan inklusif dibandingkan istilah disabilitas.

Sebagai contoh, seseorang yang tunanetra disebut difabel karena keterbatasannya dalam membaca teks. Dengan bantuan huruf Braille, ia tetap dapat membaca dan belajar seperti orang lain.

Penggunaan Kedua Istilah dalam Kehidupan Sehari-hari

Istilah disabilitas sering digunakan dalam konteks medis atau hukum, sementara difabel lebih sering digunakan untuk mengurangi stigma. Difabel juga menekankan bahwa seseorang tetap memiliki kemampuan yang berbeda, meskipun membutuhkan bantuan untuk menjalankan aktivitas tertentu.

Pentingnya Lingkungan yang Inklusif

Pada tahun 2019, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) meluncurkan strategi inklusi untuk disabilitas. Strategi ini telah menghasilkan beberapa dampak signifikan, seperti meningkatnya kesadaran global tentang pentingnya lingkungan yang inklusif dan berbagai kebijakan baru di negara-negara anggota PBB untuk mendukung penyandang disabilitas. Selain itu, beberapa organisasi besar mulai mengadopsi prinsip inklusi ini dalam kebijakan internal mereka, menciptakan lebih banyak kesempatan kerja bagi penyandang disabilitas. Strategi ini menegaskan bahwa lingkungan inklusif adalah hak asasi manusia. Beberapa langkah penting yang bisa diambil meliputi:

  • Meningkatkan aksesibilitas fasilitas umum.
  • Menghilangkan diskriminasi di tempat kerja.
  • Memberikan pendidikan dan pelatihan yang setara bagi penyandang disabilitas.

Dengan menciptakan lingkungan yang inklusif, masyarakat dapat membantu penyandang disabilitas menjalani kehidupan yang lebih mandiri dan bermartabat.

Mana yang Lebih Baik Digunakan?

Keduanya memiliki konteks penggunaan masing-masing. Difabel sering dianggap lebih halus karena menyoroti kemampuan seseorang, sedangkan disabilitas lebih formal dan digunakan dalam dokumen resmi. Sebagai contoh, dalam acara yang berfokus pada pemberdayaan, istilah difabel lebih sering digunakan untuk mencerminkan kemampuan unik individu. Sementara itu, istilah disabilitas lebih umum digunakan dalam pengajuan bantuan medis atau dokumen legal yang membutuhkan kejelasan formal. Penggunaan istilah yang tepat bergantung pada situasi dan tujuan komunikasi.

Kesimpulan

Difabel dan disabilitas adalah istilah yang berbeda namun saling melengkapi dalam menggambarkan individu dengan kebutuhan khusus. Kita dapat berkontribusi pada inklusivitas dengan langkah-langkah sederhana seperti mendukung aksesibilitas fasilitas umum, menghormati penggunaan istilah yang diinginkan oleh penyandangnya, dan menyuarakan pentingnya pendidikan yang setara bagi semua. Langkah kecil ini dapat membawa perubahan besar dalam menciptakan masyarakat yang lebih peduli dan inklusif. Hari Disabilitas Internasional mengingatkan kita untuk menghargai kesetaraan dan mendukung inklusivitas bagi semua. Yuk, ciptakan lingkungan yang lebih inklusif untuk semua orang! (Restu)

Sumber: liputan6.com