BijakFun

Peringati Hari Musik Nasional, Berikut 10 Cover Lagu Indonesia Terbaik Sepanjang Masa

Beberapa cover lagu Indonesia sepanjang masa, dan sekaligus memperingati Hari Musik Nasional di tanggal 9 Maret.

3,670  views

Kamibijak.com, Hiburan - Dear pembaca KamiBijak, kami ucapkan selamat Hari Musik Nasional. Hari Musik Nasional yang diperingati tanggal 9 Maret, bertepatan dengan lahirnya lagu kebangsaan "Indonesia Raya" W.R. Supratman.

Seperti yang kita ketahui dari beberapa tahun terakhir bahwa wajah industri musik Indonesia memasuki era unduh. Dan fenomena lainnya, makin marak lagu kover atau lagu lawas yang dinyanyikan kembali dengan aransemen musik serta vokal baru.

Menyanyikan lagi lagu lawas sebenarnya sudah ada sejak dekade 1990-an. Dengan merayakan Hari Musik Nasional, kami hadirkan 10 kover lagu Indonesia terbaik dalam sejarah. Berikut diantaranya;

"Dia" (Reza Artamevia, 1997) yang lagu versi aslinya dinyayikan oleh Vina Panduwinata (album Cerita Cinta, 1984). “Dia” salah satu materi emas dari album Keajaiban yang dirilis Reza Artamevia di bawah payung Aquarius Musikindo. Dilapisi aransemen format dansa plus vokal Reza dengan pendekatan musik hitam, “Dia” menjadi nomor berhawa seksi yang mampu berdiri sendiri.

Terbuai dengan corak vokal Reza yang sensual, sejenak kita lupa bahwa “Dia” nomor lawas milik Si Burung Camar, Vina Panduwinata. “Dia” bersama “Pertama” dan “Satu Yang Tak Bisa Lepas” adalah trisula yang mengantar Reza meraih platinum pertama. Keajaiban menetapkan standar baru bagaimana album debut semestinya dibuat.

Lalu, “Andaikan Kau Datang” (Erwin Gutawa feat. Ruth Sahanaya, 2004) yang lagu versi aslinya dinyanyikan oleh Koes Plus (album Volume 9, 1973). Karya Koes Plus itu abadi. Siapa pun yang menyanyikannya kembali kesulitan untuk menyaingi gaya sederhana Koes Plus yang melegenda. Menyadari hal ini, Erwin Gutawa mengambil pendekatan berbeda saat mengaransemen sejumlah hit Koes Plus maupun Koes Bersaudara.

Album Salute to Koes Plus/ Koes Bersaudara yang dirilis Sony Music terjual lebih dari 200 ribu kopi. Erwin Gutawa meraih platinum pertama dan hingga kini masih satu-satunya. “Andaikan Kau Datang” menandai kembalinya Ruth Sahanaya di puncak popularitas setelah “Keliru” dan “Ingin Kumiliki”(1999).

"Aku Bukan Pilihan" (Iwan Fals, 2003) yang lagu versi aslinya dinyanyikan oleh Edwin Manangsang (album Jalani Waktu, 2001). Lagu tersebut meledak saat dinyanyikan Iwan Fals di album In Collaboration With.... Meski berkisah tentang pengkhianatan dan patah hati, suara Iwan Fals terdengar berkharisma. Tanpa kesan menye-menye. Suara Iwan di lagu ini merupakan pernyataan sikap seorang laki-laki atas cinta yang berakhir tragis.

“Aku Bukan Pilihan” mengantar album bersampul hitam rilisan Musica Studios ini ke level penjualan 300 ribu kopi lebih. Uniknya, “Senandung Lirih” yang dijadikan single kedua tidak sekuat “Aku Bukan Pilihan.”

Kemudian, “Hasrat Cinta” (Yana Julio, 1994) yang lagu versi aslinya dinyanyikan oleh Asti Asmodiwati (album Karena Cinta, 1991). Siapa sangka lagu yang sempat disangka menjiplak notasi “Piece of My Wish” meroket di tangan Yana Julio. Bahkan, karya Dorie Kalmas ini menjadi salah satu hit besar Yana Julio di samping “Selamanya Cinta” dan “Satu Keinginan”.

Pada akhirnya, “Hasrat Cinta” disebut nomor ikonis yang mengantar solis kelahiran Bogor, 8 April 1960 ini menjadi Pangeran Pop dekade 1990-an.  

Ada “Rindu” (Agnes Monica, 2011) yang lagu versi aslinya dinyanyikan oleh  Fryda (album Nuansa Cinta, 1995). Fryda Luciana melantun “Rindu” dengan pendekatan layaknya lagu tema film. Terdengar khusyuk, manis, sekaligus puitis. Di tangan Agnes Monica, lagu ini “diacak-acak” menjadi sarat jeritan.

Penyanyi kelahiran Jakarta, 1 Juli 1986, ini bahkan menghilangkan satu kalimat dalam lirik yang menjadi judul lagu ini, yakni: rindu ini telah sekian lama terpendam.

Ajaibnya, meski kalimat itu lenyap, pendengar tetap bisa merasakan sensasi rindu yang menyiksa lewat intepretasi maupun teknik vokal sang diva. Walhasil, “Rindu” terdengar semenyakitkan “Cinta Di Ujung Jalan,” “Tanpa Kekasihku,” dan “Sebuah Rasa.”

“Tentang Rasa” (Astrid, 2008) yang lagu versi aslinya dinyanyikan oleh Olif (album kompilasi Dreamband, 2004). Konon, album kedua Astrid, yakni Lihat Aku Sekarang mengendap hampir 3 tahun di studio rekaman. Karenanya, Astrid tak memasang target tinggi buat album ini. Dirilis saja sudah bagus.

Last minutes, produser Jan Djuhana, yang masih belum sreg dengan materi album Astrid, beride mengemas ulang lagu “Tentang Rasa” milik grup musik Olif yang gagal jadi hit pada 2005.

Tak disangka, “Tentang Rasa” yang direkam di menit-menit akhir justru menjadi lagu wajib putar di radio. Nomor ini melampaui pencapaian hit Astrid sebelumnya, “Jadikan Aku Yang Kedua.” Hingga artikel ini disusun, belum ada lagi hit Astrid yang dampaknya sedahsyat “Tentang Rasa”. 

“Pergi Untuk Kembali” Ello (2005) yang lagu versi aslinya dinyanyikan oleh Melky Goeslaw (album Pergi Untuk Kembali, 1975). Selain fisik menawan, yang bikin pencinta musik Indonesia jatuh hati, kecerdasan Ello memoles ulang hit lawas karya ayahnya, Minggus Tahitoe.

Lagu yang dirilis di era Generasi Bunga itu disulap menjadi sangat groovy dan kekinian. “Pergi Untuk Kembali” mengantar Ello meraih piala AMI Award kategori Pendatang Baru Terbaik.

“Tak Kan Ada Cinta Yang Lain” (Titi DJ, 1999) yang lagu versi aslinya dinyanyikan oleh Dewa 19 (album Format Masa Depan, 1994). Lagu ini membuka jalan Titi DJ meraih gelar diva.

Album Bahasa Kalbu rilisan Aquarius Musikindo diganjar 5 piala AMI Award kategori bergengsi, yakni Penyanyi Pop Wanita, Album Pop, Penyanyi Rekaman, Lagu, serta Album Rekaman Terbaik.

“Tak Kan Terganti” (Marcell, 2011) yang lagu versi aslinya dinyanyikan oleh Dea Mirela (album Satu, 2001). Setelah lagu ini dibawakan Dea Mirela gagal menjadi hit karena strategi promosi yang kurang. Dan Kahitna yang gagal membawakan lagu ini menjadi hit karena berbalut piano saja.

Akhirnya di tangan Marcell, aura “Tak Kan Terganti” memancar. Tidak banyak lengkingan, tapi rasa sakit yang tersimpan dalam lirik mendarat dengan sempurna di hati pendengar. Suara Marcell terdengar empuk. Nyanyiannya terasa tulus.

Dan yang terakhir, ada “Nuansa Bening” (Vidi Aldiano featuring J-Flow, 2008) yang versi aslinya dinyanyikan oleh Keenan Nasution (album Di Batas Angan-angan, 1978). Merupakan lagu Indonesia terbaik sepanjang masa, karena tiga dekade lamanya lagu versi aslinya tersebut mengguncang pasar. Tak lama dari itu ia berkolaborasi dengan penyanyi rap J-Flow untuk membawakan lagu tersebut versi kekinian.

versi Vidi Aldiano dan J-Flow terdengar fresh sekaligus atraktif. “Nuansa Bening” plus sejumlah materi yahud dari album Pelangi Di Malam Hari mengantar Vidi Aldiano ke puncak popularitas. (FEB/MG)

Sumber: https://www.liputan6.com/showbiz/read/4197165/hari-musik-nasional-ini-10-cover-lagu-indonesia-terbaik-sepanjang-masa?source=search
#BijakFun
#KamiBijakChannel
#GenggamDuniaTanpaSuara

Jangan lupa subscribe, tinggal komentar, dan share. 
KamiBijakID Channel: http://bit.ly/KamiBijakIDChannel 

Follow kami juga di sini: 
Website: http://bit.ly/KamiBijakcom 
Instagram: http://bit.ly/KamiBijakIDInstagram 
Facebook: http://bit.ly/KamiBijakIDFacebook 

Terima kasih sudah menonton, Like, Follow, dan subscribe Anda sangat berarti bagi kami untuk menambah semangat membuat konten yang lebih bermanfaat.

==============
TAG(S): hari musik nasional,hari musik nasional 2021,peringatan hari musik nasional,tema hari musik nasional,hari musik nasional 9 maret,hari musik nasional 9 maret 2021,sejarah hari musik nasional,wr supratman,indonesia raya,cover lagu,cover lagu terbaik,kamibijak,kami bijak