BijakFun

Potehi: Wayang Akulturasi Budaya yang Nyaris Punah

Wayang Potehi adalah wayang hasil akulturasi budaya Indonesia dengan Tionghoa yang sarat nilai moral.

5,495  views

Kamibijak.com, Hiburan – Tak wayang maka tak sayang. Ungkapan itu beberapa kali dilontarkan Dwi Woro, dosen Program Studi Jawa Universitas Indonesia. Dwi yang juga pegiat wayang ini menggunakan perumpamaan itu untuk menggambarkan mengapa orang Indonesia sejauh ini tak mencintai wayangnya. Sebab, menurut beliau, mereka tak sungguh mengenal wayang itu sendiri dan hanya mengenalnya dari berbagai stereotip yang ada di masyarakat.

Bu Woro,begitu Ia akrab disapa, memilih fokus pada wayang Potehi. Salah satu jenis wayang hasil akulturasi budaya dengan budaya Tiongkok yang sudah sulit ditemui saat ini. 

Potehi sendiri berasal dari tiga kata, ‘poo’ yang berarti kain, ‘te’ yang berarti kantong, dan ‘hi’ yang berarti wayang atau boneka. Wayang Potehi ini berarti wayang yang terbuat dari kain, yang cara memainkannya adalah dengan sang dalang memasukkan tangannya ke dalam wayang dan menggerakkan wayang tersebut dengan jari-jari tangan. 

Dulu, pertunjukan wayang potehi diselenggarakan cukup sakral dengan diiringi upacara untuk Dewa Langit. Tetapi sekarang, dilestarikan hanya sebagai pertunjukan saja.

Wayang ini masuk ke Indonesia melalui perjalanan panjang para pedagang dari Tiongkok pada sekitar tahun 1600an. Sempat lestari di tanah air, namun nyaris punah pada saat pemerintahan Soeharto karena adanya larangan-larangan tertentu di masa Orde Baru. 

Beruntung pertunjukan ini kembali diizinkan sejak masa pemerintahan Gus Dur. Namun sayang, kebanyakan pemainnya saat itu sudah sepuh dan belum sempat diturunkan ke generasi selanjutnya yang mengakibatkan potehi nyaris berakhir dengan kepunahan seperti saat ini.

Potehi awalnya dimainkan dalam dialek Hokien. Seiring berjalannya waktu, dan karena diterima dengan tangan terbuka oleh masyarakat, kemudian dimainkan dalam Bahasa Indonesia. Tak hanya itu, banyak lakon (alur cerita) dalam pewayangan ini yang serupa dengan Ketoprak. Potehi sendiri banyak berkembang di daerah-daerah pesisir, tempat banyak warga keturunan Tionghoa bermukim.

Dalam lakon-lakonnya, Potehi banyak membawa nilai-nilai moral yang sangat baik untuk diperkenalkan ke anak-anak. Hal ini juga yang akhirnya membuat Potehi kembali dimainkan di Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta yang dilaksanakan secara tahunan di Ketandan. Dan juga mendorong Bu Woro memutuskan untuk kembali melestarikan wayang ini melalui kelompok Rumah Cinwa (Cinta Wayang) yang dihidupkannya dari garasi rumahnya di Depok.

Menurut Ibu Woro, rasanya tidak adil apabila ada kebudayaan yang dipuji-puji dan ada yang dibuang begitu saja hanya karena bentuknya yang berbeda, tidak familiar dengan yang biasa kita temui sehari-hari. 

“Wayang Potehi ini sama dengan wayang kulit, wayang golek, dan wayang-wayang lainnya. Masa hanya karena perbedaan bentuk lalu kita buang begitu saja,” pungkasnya.

Hingga sebelum pandemi, Rumah Cinwa masih rutin mengadakan latihan Potehi di Taman Kaldera, Depok. Pemainnya beragam, tak terbatas pada suku, ras, dan agama apapun. Hanya saja, saat ini latihan serta pertunjukan dilakukan dengan cara daring karena menyesuaikan dengan situasi.(JN/MG)

Sumber:https://kumparan.com/kumparantravel/mengenal-wayang-potehi-wayang-khas-tionghoa-yang-keberadaannya-hampir-punah-1uMDmhjN4LW/full dan wawancara pribadi penulis.

#KabarBijak
#KamiBijakChannel
#GenggamDuniaTanpaSuara

Jangan lupa subscribe, tinggal komentar, dan share. 
KamiBijakID Channel: http://bit.ly/KamiBijakIDChannel 

Follow kami juga di sini: 
Website: http://bit.ly/KamiBijakcom 
Instagram: http://bit.ly/KamiBijakIDInstagram 
Facebook: http://bit.ly/KamiBijakIDFacebook 

Terima kasih sudah menonton, Like, Follow, dan subscribe Anda sangat berarti bagi kami untuk menambah semangat membuat konten yang lebih bermanfaat.

==============
TAG(S): wayang potehi,sejarah wayang potehi,pertunjukan wayang potehi,akulturasi budaya,akulturasi budaya china,akulturasi budaya china dan indonesia,wayang potehi china,wayang potehi semarang,wayang potehi di indonesia,wayang potehi gudo,dwi woro retno mastuti,rumah cinwa,rumah cinta wayang,kamibijak,kami bijak