BijakFun

Runtuhkan Stereotipe, Disabilitas di Jepang Menjadi Pemain eSports

Para Disabilitas di Jepang meruntuhkan stereotipe, dengan menjadi pemain eSports

3,425  views

KamiBijak.com, Hiburan – Beberapa disabilitas di Jepang menjadi pemain eSports yang hebat. Mereka membuktikan bahwa menjadi disabilitas tidak menghalangi mereka untuk bermain game.

Shunya Hatakeyama seorang pemain game Street Fighter, menderita distrofi otot. Ia menggunakan dagunya untuk meluncurkan serangan kombo yang menghancurkan pada game itu. 

Ia bukan satu-satunya gamer Jepang yang membuktikan bahwa disabilitas bukanlah penghalang dalam memainkan eSports.

Jepang Adakan Turnamen Esports Pertama untuk Penyandang Disabilitas -  KINCIR.com

Naoya Kitamura adalah seorang disabilitas netra yang mengandalkan suara untuk bermain game Tekken 7. Ia juga berharap keterampilannya dalam industri bernilai miliaran dolar ini akan membantu masyarakat berpikiran lebih terbuka.

Tidak seperti di Korea Selatan dan China yang tergila-gila dengan eSports, sektor ini belum begitu besar di Jepang namun perlahan-lahan mulai mengakar.

Karena ingin menawarkan kesempatan kepada para pemain dengan disabilitas untuk turut mempopulerkannya, pekerja layanan sosial Daiki Kato mendirikan perusahaan ePara pada tahun 2016.

Perusahaan Kato mempekerjakan pemain seperti Hatakeyama dan Kitamura. Mereka diberi waktu untuk berlatih, di samping mengerjakan tugas lain yang mencakup bekerja di situs web perusahaan itu dan membantu menyelenggarakan acara-acara gaming.

Hatakeyama banyak mengikuti turnamen Street Fighter V yang terbuka bagi siapapun dan mengatakan tentang keistimewaan game perkelahian ini.

“Pemain dapat mengatasi rintangan dan bertanding melawan orang yang berbeda.” Ia menambahkan, "Saya mengalami kesulitan bergerak bebas atau melakukan banyak hal secara bebas seperti yang saya inginkan, tetapi dalam dunia gaming, saya dapat bergerak persis seperti yang saya kehendaki. Bahkan sekarang, ketika saya memainkan game perkelahian, saya hampir tidak merasakan kesulitan mengendalikan tokoh saya.”

Hatakeyama lahir dengan distrofi otot degeneratif dan berkursi roda sejak berusia sekitar enam tahun. Ia selalu menyukai game perkelahian, tetapi otot-ototnya terus melemah sampai-sampai ia tidak dapat memegang controller atau pengontrol. 

Karena depresi, ia berhenti bermain selama enam tahun sampai ia dan seorang temannya tahun lalu memutuskan untuk merancang dan membuat controller khusus yang dapat dioperasikan dengan dagu.

Pimpinan perusahaan itu, Kato, meyakini ada pasar yang kian besar bagi para gamer dengan disabilitas. Menurutnya, para produsen game akan mulai memperhatikan ini.

Kato juga mengamati bahwa,"Sewaktu seseorang dapat berkomunikasi dengan yang lainnya secara online dan bermain eSports, ini menunjukkan bahwa orang itu memiliki kemampuan kerja dari jarak jauh. Mereka dapat berkomunikasi, memahami peraturan dan manual, dan bermain atau bekerja di Internet. Pemain eSports yang baik mungkin saja berpotensi sebagai pekerja yang baik yang dapat berkontribusi untuk perusahaan.”

Kato ingin menggunakan eSports untuk menampilkan talenta para disabilitas. Ia menambahkan dalam eSports, tidak perlu membedakan orang disabilitas dengan yang tidak. Satu hal yang menarik dari eSports, ujarnya, permainan dan peraturan yang sama berlaku bagi pemainnya. (MG/Dicky)

Sumber: voaindonesia.com

 
Jangan lupa subscribe, tinggal komentar, dan share. 
KamiBijakID Channel: http://bit.ly/KamiBijakIDChannel   
 
 

Terima kasih sudah menonton. Like, Follow, dan subscribe Anda sangat berarti bagi kami untuk menambah semangat membuat konten yang lebih bermanfaat.