Special Olympics World Games Berlin 2023 Terapkan Peraturan Divisioning

Kamibijak.com, Infosiana – Special Olympics World Games Berlin 2023 tetap menjadi sorotan dengan partisipasi 187 negara yang berkompetisi dalam ajang olahraga ini. Di berbagai sudut kota dan transportasi publik, sukarelawan dan jurnalis berbondong-bondong menuju Messe Berlin, tempat Special Olympics World Games Berlin 2023 berlangsung. Mereka antusias ingin melihat dan melaporkan prestasi para atlet berbakat khusus dalam Special Olympics World Games Berlin 2023.

Namun, prestasi dan pemberitaan tidak terjadi begitu saja. Ada aturan yang harus diikuti, yaitu pengelompokan. Pengelompokan ini bertujuan untuk memastikan bahwa atlet yang bertanding memiliki tingkat kemampuan yang seimbang. Atlet yang kuat tidak boleh melawan atlet yang lemah, yang sedang berhadapan dengan yang sedang, dan yang lemah harus bersaing dengan yang lemah. Oleh karena itu, tidak semua atlet yang berhasil dalam sesi pengelompokan bisa menjadi yang terbaik.

Beberapa atlet seperti Nadilla, atlet renang gaya dada dari Indonesia, harus didiskualifikasi karena kemampuannya meningkat pesat. Nadilla dianggap tidak pantas untuk bertanding melawan atlet lain yang tingkat kemampuannya tidak berkembang pesat. Hal yang sama dialami oleh Tiara A, atlet renang gaya dada, dan Agusdina Telamnasi, atlet atletik, yang memiliki catatan waktu lari melebihi 10 persen.

Namun, diskualifikasi bukan berarti mereka keluar dari kompetisi. Mereka tetap menjadi atlet partisipatif yang tidak mendapatkan medali, tetapi tetap dapat bersenang-senang dalam bertanding dengan atlet lain. Amran Siregar, anggota Tim Media SOIna yang telah mendampingi atlet Indonesia sebanyak tujuh kali, menjelaskan bahwa Special Olympics World Games Berlin 2023 bukan hanya tentang mencapai prestasi semata. Penghormatan dan solidaritas antar atlet juga ditekankan.

Misalnya, ketika penonton dari Indonesia berteriak "Habisin! Habisin!" saat Naufal Dwi Kurnia, atlet bulu tangkis, bertanding melawan atlet Jerman, banyak yang melarang tindakan tersebut.

Mereka mengingatkan untuk memberikan simpati kepada lawan meskipun kita memenangkan pertandingan. Hal ini menunjukkan bahwa Special Olympics World Games Berlin 2023 mengutamakan nilai-nilai seperti penghargaan, penghormatan, dan solidaritas.

Meskipun begitu, para atlet Indonesia tetap bersemangat untuk meraih prestasi dan penghargaan. Atlet senam Nur Hazizah Sinaga telah meraih medali emas, sedangkan atlet senam Cyntia Rismauli Nainggolan telah memperoleh medali perunggu. Naufal terus meraih kemenangan melawan lawan-lawannya, dan Muhammad Zidan Fathoni Arafat, atlet tenis meja, juga berhasil mengalahkan lawan dari Ghana dan Italia.

Meskipun terdapat tantangan, seperti peningkatan kualitas atlet dari negara lain, atlet-atlet Indonesia terus berlatih dan menunjukkan kemampuan terbaik mereka. Amran optimis bahwa target sembilan medali emas masih mungkin tercapai jika atlet-atlet tersebut dapat menjaga performa mereka hingga pertandingan sebenarnya.

Hal yang harus terus ditekankan kepada para atlet adalah untuk tidak meremehkan lawan dan selalu memberikan empati serta simpati ketika lawan mengalami kekalahan. Hal ini telah tertanam di hati para atlet. Naufal selalu merangkul dan memberikan hormat kepada lawan setelah mengalahkannya, sambil mengungkapkan bahwa lawannya juga telah membuatnya menang. Zidan juga selalu meminta maaf kepada lawan setelah melakukan smash.

Keunikan Special Olympics World Games Berlin 2023 terletak pada nilai-nilai seperti solidaritas dan empati yang ditonjolkan oleh para atlet. Ini menjadi perbedaan mendasar dengan Paralympic dan Olimpiade. Prestasi tetap penting, tetapi semangat untuk saling menghormati dan mendukung sesama atlet menjadi yang utama dalam perhelatan ini. (MG/Disha)

Sumber: suaramerdeka.com