Tantangan dan Perjuangan Guru Disabilitas dalam Dunia Pendidikan
Kisah guru disabilitas yang menginspirasi menghadapi tantangan dunia pendidikan dengan semangat inklusif.
KamiBijak.com, Hiburan - Menjadi guru dengan disabilitas dalam dunia pendidikan umum bukanlah hal yang mudah, seperti yang dialami Fazlur Rahman ketika pertama kali harus menyesuaikan diri dengan lingkungan sekolah yang belum sepenuhnya inklusif. Namun, tantangan tersebut tidak menyurutkan semangat Fazlur Rahman, seorang guru tuna netra yang mengajar Bahasa Inggris di SMAN 87 Jakarta. Artikel ini membahas perjuangan Fazlur dalam menciptakan lingkungan pendidikan yang inklusif, serta upaya berbagai pihak dalam mendukung tenaga pendidik disabilitas.
Tantangan yang Dihadapi Guru Disabilitas
Guru dengan disabilitas seringkali menghadapi berbagai hambatan yang kompleks. Fazlur Rahman mengungkapkan bahwa stigma sosial adalah tantangan terbesar yang dihadapi. Banyak orang memandang penyandang disabilitas dengan rasa kasihan yang berlebihan, membuat mereka merasa tidak nyaman.
“Stigma sosial bahwa penyandang disabilitas perlu diperhatikan dengan rasa kasihan yang berlebihan menjadi ketidaknyamanan bagi kami,” ungkap Fazlur.
Tantangan lainnya adalah keterbatasan akses terhadap sistem administrasi pendidikan yang belum sepenuhnya ramah disabilitas, seperti absennya fitur pembaca layar pada platform digital dan proses pengunggahan dokumen yang sulit diakses oleh pengguna dengan keterbatasan visual. Contohnya, platform digital seperti Learning Management System (LMS) dan Platform Merdeka Mengajar (PMM) belum dilengkapi dengan fitur aksesibilitas yang memadai. Guru disabilitas harus menghadapi proses yang lebih rumit dalam pengisian dokumen dan pengunggahan sertifikat.
Strategi Mengatasi Hambatan
Meski menghadapi banyak kendala, Fazlur tidak menyerah. Ia terus termotivasi oleh keinginannya untuk menciptakan lingkungan belajar yang inklusif dan melihat murid-muridnya berhasil memahami pelajaran yang ia ajarkan. Ia menciptakan metode pengajaran yang adaptif dengan memanfaatkan siswa kepercayaan untuk membantu mengawasi kelas. Keberadaan CCTV juga membantu Fazlur memantau aktivitas siswa secara efektif.
Fazlur menekankan bahwa rasa hormat dari murid-muridnya tidak didasarkan pada rasa kasihan, tetapi pada nilai dari materi yang ia ajarkan.
“Saya melihat kalau murid-murid menghargai saya, bukan karena kasihan. Mereka menghargai saya karena menganggap apa yang saya sampaikan berharga bagi mereka,” jelas Fazlur.
Upaya Mendukung Inklusi dalam Pendidikan
Untuk mendukung inklusivitas dalam dunia pendidikan, berbagai inisiatif telah dilakukan, seperti pelatihan guru inklusif, pengembangan kurikulum yang adaptif, dan kampanye kesadaran sosial melalui media massa. Dalam rangka memperingati Hari Disabilitas Internasional, British Council bersama Kedutaan Besar Inggris di Jakarta meluncurkan program Breaking Barriers. Program ini bertujuan menciptakan kesetaraan gender, disabilitas, dan inklusi sosial.
Buyung Sudrajat, Senior Program Manager di British Council, menjelaskan bahwa program ini memberikan hibah senilai Rp 60 juta kepada enam penerima manfaat melalui Teacher Educator Enabling Fun. Sejak awal 2024 hingga Juni, program ini telah memberikan pelatihan kepada lebih dari 2.000 guru.
Kesimpulan
Perjuangan Fazlur Rahman menjadi bukti bahwa disabilitas tidak membatasi seseorang untuk menjadi pendidik yang hebat. Mari kita dukung kebijakan inklusif yang memastikan setiap individu memiliki kesempatan yang sama untuk berkarya dan menginspirasi. Kebijakan yang lebih inklusif dan sistem pendidikan yang ramah disabilitas sangat diperlukan agar tenaga pendidik seperti Fazlur dapat terus berkarya. Dengan kerja sama dari berbagai pihak, dunia pendidikan dapat menjadi lebih adil dan inklusif untuk semua. (Restu)
Sumber: Kompas.com
Saksikan video lebih lanjut di YouTube