Kisah Telur Asin Difa, Penyandang Disabilitas Banjarmasin Raih Kemandirian Ekonomi
Telur Asin Difa, usaha penyandang disabilitas Banjarmasin, simbol kegigihan dan kemandirian dalam berkarya.
KamiBijak.com, Hiburan - Telur Asin Difa adalah sebuah inisiatif usaha dari penyandang disabilitas di Banjarmasin yang menunjukkan bahwa keterbatasan fisik tidak menjadi penghalang untuk berkarya dan mandiri.
Kisah Kegigihan di Balik Telur Asin Difa
Suasana di kantor DPC Persatuan Penyandang Disabilitas Indonesia (PPDI) Banjarmasin pagi itu tampak sibuk. Enam penyandang disabilitas tengah asyik membalur telur rebus dengan abu gosok di sebuah ruang sederhana. Mereka tengah menjalani proses pembuatan Telur Asin Difa, sebuah usaha yang tidak hanya memberikan penghasilan tetapi juga simbol perjuangan untuk mandiri.
Berlokasi di Gang Demang Nomor 10, Jalan Belitung Darat, Banjarmasin Barat, Telur Asin Difa adalah usaha yang lahir dari kegelisahan dan keinginan kuat untuk membuktikan bahwa keterbatasan fisik tidak menjadi penghalang bagi penyandang disabilitas untuk berkarya. Bagi mereka, setiap telur asin yang dibuat adalah bukti bahwa mereka dapat memberikan kontribusi nyata bagi masyarakat.
Menggagas Inisiatif: Peran Slamet Triyadi di Telur Asin Difa
Slamet Triyadi, Ketua PPDI Banjarmasin, adalah sosok yang menggagas inisiatif usaha Telur Asin Difa. Ide ini lahir dari rasa prihatin akan sulitnya penyandang disabilitas mendapatkan pekerjaan yang layak. Slamet ingin menciptakan peluang agar penyandang disabilitas dapat mandiri secara ekonomi.
"Kami ingin membuktikan bahwa penyandang disabilitas juga bisa mandiri dan memberikan kontribusi nyata bagi masyarakat," ujar Slamet dengan penuh semangat. Keinginan inilah yang mendorong mereka memulai usaha telur asin—bukan sekadar mencari penghasilan, tetapi juga membuktikan bahwa mereka mampu hidup mandiri.
Mengoptimalkan Potensi: Berbagi Peran Berdasarkan Kemampuan
Dalam usaha Telur Asin Difa, setiap anggota memiliki peran yang sesuai dengan kemampuan mereka. Bagi anggota yang mampu bergerak lebih bebas, mereka bertugas memilih telur, mengaduk bumbu, atau menyiapkan adonan. Sementara anggota yang memiliki keterbatasan lebih dalam bergerak diberikan tugas pengemasan telur asin.
Setiap proses produksi dilakukan dengan penuh perhatian untuk memastikan kualitas tetap terjaga. Kolaborasi dan semangat kerja tim yang tinggi menjadi kunci sukses usaha ini. Telur Asin Difa dikenal dengan cita rasa yang khas dan berkualitas, memberikan nilai lebih di pasaran.
Kesuksesan dengan Modal Tekad dan Kegigihan
Telur Asin Difa memulai perjalanan dengan modal yang sangat terbatas. Namun, kegigihan para anggotanya membawa usaha ini berkembang pesat. Kini, mereka berhasil mencapai omzet bulanan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup. Bagi para anggotanya, kesuksesan ini bukan hanya tentang mendapatkan penghasilan, tetapi juga tentang membangun rasa percaya diri dan kebanggaan akan kemampuan diri.
"Rasanya bangga bisa mandiri, bisa membuktikan pada diri sendiri dan masyarakat bahwa kita mampu. Ini bukan hanya soal bisnis, tetapi tentang bagaimana kita bisa menunjukkan bahwa keterbatasan fisik tidak berarti kita tidak bisa berkarya," ungkap Slamet dengan penuh haru.
Menginspirasi Sesama Penyandang Disabilitas
Slamet dan tim di Telur Asin Difa ingin mengubah pandangan masyarakat terhadap penyandang disabilitas. Mereka ingin menginspirasi bahwa keterbatasan fisik bukanlah halangan untuk berkarya dan mandiri. Melalui Telur Asin Difa, mereka membuktikan bahwa penyandang disabilitas memiliki potensi yang besar untuk berkontribusi dalam masyarakat.
"Kita bisa, kita mampu! Yang penting adalah semangat dan tekad untuk terus berkarya. Jangan pernah merasa kecil, karena keterbatasan bukan halangan. Dengan kerja keras dan keinginan kuat, kita bisa mencapai apa yang kita impikan," tutup Slamet dengan penuh semangat. (Restu)
Sumber: Jawapos.com
Saksikan video lebih lanjut di YouTube