KabarBijak

Yayasan Pelita Indonesia Menggelar Program Pelatihan Pendampingan Disabilitas Tuli-Buta

Program pelatihan pendampingan khusus untuk disabilitas Tuli-Buta diselenggarakan oleh Yayasan Pelita Indonesia.

1,840  views

KamiBijak.com, Infosiana – Yayasan Pelita Indonesia terus berkomitmen untuk meningkatkan aksesibilitas bagi teman disabilitas TuliButa melalui program pelatihan pendamping. Sebagian besar dari mereka, menggunakan akses JBI (Jakarta Braille Interface) bisa menjadi tantangan karena kesulitan dalam melihat. Oleh karena itu, akses teks yang besar di layar HP atau proyektor lebih banyak dimanfaatkan.

Meskipun disabilitas terlihat sejenis, kebutuhan akses mereka bisa berbeda. Sebagai contoh, dua orang dengan disabilitas Tuli mungkin memiliki preferensi akses berbeda, satu lebih memilih Bahasa Isyarat dan yang lainnya lebih suka akses teks.

Akomodasi yang layak mengacu pada modifikasi dan penyesuaian yang tepat untuk setiap individu berdasarkan jenis disabilitasnya. Adapun disabilitas ganda merujuk pada keadaan di mana seseorang menghadapi lebih dari satu jenis disabilitas, sedangkan jika lebih dari dua, disebut sebagai disabilitas multi.

Dalam acara ini dihadiri dengan banyak peserta yang siap mempelajari mengenai disabilitas ganda seperti disabilitas TuliButa, mereka ingin mengetahui bagaimana cara mendampingi dan membantu teman disabilitas TuliButa.

Sylvia sebagai salah satu hadirin pun menyampaikan bahwa penting untuk memahami dan mengetahui lebih jauh bagaimana cara mendampingi dan berkomunikasi dengan teman-teman Tuli Buta.

“Saya ikut pelatihan ini karena saya ingin mengetahui hal-hal bagaimana cara membantu penanganan mendampingi untuk khususnya disabilitas TuliButa, jadi saya lebih memilih acara ini saya menambah wawasan saya bagaimana membantu disabilitas Tuli dan Buta tuh ada teknik tertentu jadi saya lebih paham dan bisa membantu ketika ada orang lain membutuhkan.” ujar Zaki.

Akses untuk teman disabilitas TuliButa melibatkan berbagai metode seperti menulis di telapak tangan, menggunakan Bahasa Isyarat raba, dan membaca huruf Braille. Dalam hal ini, perlu diperhatikan jarak pandang, ukuran tulisan, serta kontras warna antara tulisan dan latar belakang.

Keberadaan pendamping sangat krusial untuk membantu mobilitas dan komunikasi, seperti juru ketik, pembaca JBI, atau juru bicara. Interaksi dengan disabilitas TuliButa haruslah dilakukan dengan etika yang benar, yaitu dengan bertanya terlebih dahulu apakah mereka memerlukan bantuan dan dalam bentuk apa. Hal ini mencakup pilihan komunikasi, seperti apakah mereka lebih nyaman dengan sentuhan di lengan atau bahu.

Privasi harus selalu dijaga, dan gambaran situasi sekitar harus disampaikan dengan konsep searah jarum jam. Posisi pendamping yang berada di depan dan memegang siku disabilitas TuliButa dapat membimbing dengan lebih baik.

Syarat bagi seorang pendamping adalah komitmen dan pemahaman yang memadai terhadap dunia disabilitas TuliButa. Hindari penggunaan singkatan kata yang berlebihan, khususnya oleh juru ketik. Penggunaan lampu senter sebaiknya disorot dari depan samping untuk menghindari efek kaget, dan pendamping sebaiknya berjalan pelan-pelan untuk mengakomodasi mobilitas disabilitas TuliButa.

Menurut Sianna bagi calon pendamping disabilitas TuliButa, mereka perlu pendamping untuk memenuhi mobilitas, seperti di saat teman disabilitas TuliButa bila ingin menghadiri sebuah acara seminar keberadaan pendamping itu diperlukan dengan memberi tahu ketika dalam perjalanan membantu mengarahkan kami supaya aman dan juga ketika dalam acara seminar membantu menerangkan kepada kami jalannya acara.

Semua informasi ini disampaikan dalam acara pelatihan yang diadakan di Perpustakaan Jakarta Cikini, Gedung Ali Sadikin lantai 4, Taman Ismail Marzuki. Yayasan Pelita Indonesia optimis bahwa melalui pelatihan ini, aksesibilitas bagi disabilitas TuliButa dapat semakin meningkat, menciptakan lingkungan yang inklusif dan mendukung bagi semua.

“Harapan saya setelah pelatihan hari ini semakin banyak volunteer bagi teman-teman kami yang Tuli Buta kami sangat butuh pendamping untuk melaksanakan aktivitas kami dan kami berharap banyak orang-orang yang semakin mengerti tentang disabilitas ganda.” tutup Sianna.(Rafly/MG)

Sumber: Liputan KamiBijak

 
Jangan lupa subscribe, tinggal komentar, dan share.
 
Follow kami juga di sini:
 
 
Terima kasih sudah menonton.
 
Like, Follow, dan subscribe Anda sangat berarti bagi kami untuk menambah semangat membuat konten yang lebih bermanfaat.